Keterangan foto: KH Imam Mawardi Ridlwan, Pengasuh Pondok Pesantren Al Azhaar, Tulungagung.(foto: Pribadi/ist)
TULUNGAGUNG,90detik.com-Mendekati pemilihan umum (Pemilu) yang akan dilaksanakan pada 14 Pebruari 2024. Semua warga negara Indonesia akan menggunakan hak pilihnya dengan langsung, umum,bebas dan rahasia (LUBER).
Dalam nuansa pesta demokrasi ini, semenjak KPU RI menetapkan pasangan capres-cawapres sudah sering beredar penyebaran informasi yang mengandung unsur fitnah, hoaks dan menghina paslon yang tidak sesuai dengan pilihan masyarakat.
Hal ini, menjadi fenomena yang sangat merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi obrolan di dunia nyata dan dunia maya.
“Sebaiknya media masa baik itu cetak, elektronik dan online memberikan edukasi agar tiada pihak menyalahgunakan kebebasan mengekspresikan informasi dalam mendukung paslon,” ujar KH Imam Mawardi Ridlwan pengasuh Pondok Pesantren Al Azhaar Tulungagung, pada Senin (15/1/2024).
Menurutnya, semua elemen saat menjelang pemilu 2024 sibuk mengunggulkan paslon pilihan. Tentu hal ini baik dan positif, jika tidak dibarengi ghibah, fitnah, disinformasi, ujaran kebencian, dan hoaks terutama di ruang dunia maya.
Elemen masyarakat yang mendapati adanya oknum penyebar hoax sebaiknya memberikan nasehat secara personal.
“Dalam agama sangat dilarang untuk memanipulasi berita dan menyebarkan berita palsu. Perilaku negatif yang menyesatkan akan berdampak pada keretakan berbangsa dan bernegara. Hal inilah yang perlu diperhatikan dan bisa merusak stabilitas keamanan nasional,” jelasnya.
Masih, KH. Imam Mawardi Ridlwan menegaskan, apabila semua elemen masyarakat yang mengetahui dan mendapatkan oknum melakukan penyebaran ‘hoax’. Sepatutnya untuk diberikan nasehat secara personal.
“Jika tetap ndak berkenan menghentikan maka ada saluran ke terkait, agar terjaga stabilitas keamanan nasional. Sangatlah disayangkan jika dampak fitnah dan hoaks akan dimanfaatkan oleh pihak asing mempertajam adu domba antar anak bangsa,” tegasnya.
“Masyarakat kita itu masyarakat cinta damai dan anti perpecahan. Hanya sebagian kecil yang terkena penyakit sehingga berperan penyebar hoaks,” imbuhnya.
Sekretaris Umum IPHI Jawa Timur ini, juga menjelaskan memang tidak menutup kemungkinan ada pihak yang memproduksi hoaks untuk polarisasi yang masif. Padahal dampaknya dapat terjadi kerusuhan.
Tentukan pilihan sesuai hati nurani, bagi saya memilih capres dan cawapres selalu mengikuti hasil istikharah dari guru saya. Perlu ada yang memberi edukasi untuk saling menghormati pilihan orang lain agar tetap rukun dan damai.
“Hindari gerakkan provokasi untuk dengan tujuan menggagalkan Pemilu dan atau saat pada proses pengesahan resmi kemenangan oleh KPU,” pungkasnya.
(JK/Red)