Jawa Timur

Blitar Berpesta, Jalan-Jalan Menangis: Anggaran Dikritik, Pesta Dijalankan

Published

on

BLITAR – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar menjadi sorotan setelah menggelar perayaan puncak Hari Jadi Ke 701 dengan pesta meriah yang menampilkan artis papan atas, sementara realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tersendat dan infrastruktur publik, khususnya jalan di Blitar Selatan, masih rusak parah.

Perayaan yang digelar beberapa waktu lalu itu dikabarkan menelan biaya hingga ratusan juta rupiah. Angka ini terasa kontras dengan kondisi serapan APBD per Agustus 2025 yang masih berada di level 48%.

Data yang memprihatinkan menunjukkan, dari anggaran yang terserap, 38% di antaranya habis untuk belanja rutin, perjalanan dinas, dan acara seremonial.

Sementara itu, belanja modal untuk pembangunan yang langsung menyentuh hajat hidup orang banyak masih di bawah 10%.

Kondisi ini memantik kecamatan dari berbagai pihak. Ketua Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Kabupaten Blitar, Mujianto S.Sos., M.Si., menyayangkan sikap pemerintah yang dinilai tidak empati.

“Daya beli masyarakat sedang turun, tapi pemerintah malah foya-foya bikin acara seremonial. Itu memalukan! Apalagi masih tega minta-minta sponsor ke pengusaha di saat ekonomi lesu,” tegas Mujianto, pada Rabu (21/8).

Kritik pedas juga disampaikan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Blitar, M. Rifa’i. Ia menduga mandeknya penyerapan APBD dan pembangunan bukan semata kelalaian perangkat daerah (OPD), tetapi bersumber dari kebijakan Bupati yang tidak pro-rakyat.

“Banyak kepala OPD enggan melaksanakan APBD karena mutasi pejabat tak segera dijalankan. Kebijakan Bupati tidak murni untuk rakyat. Semua pembangunan dihentikan, menunggu restu bos-bos tertentu. Bahkan usulan langsung dari masyarakat lewat pokok-pokok pikiran DPRD pun tidak diakomodir,” ungkap Rifa’i.

Rifa’i juga menyoroti inkonsistensi Surat Edaran (SE) Bupati tentang efisiensi anggaran. Menurutnya, efisiensi hanya diberlakukan untuk OPD tertentu, sementara kegiatan seremonial tetap dilaksanakan. “Jadi jelas, ini bukan soal efisiensi, melainkan soal kepentingan,” tambahnya.

Menanggapi polemik ini, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Blitar, Khusna Lindarti, yang juga menjabat sebagai Ketua Panitia Hari Jadi, membantah anggaran perayaan berasal dari APBD. Ia mengklaim seluruh biaya ditopang oleh sponsor dari pengusaha.

“Kami mengedarkan proposal kepada para pengusaha untuk mendukung kegiatan ini,” kilah Khusna.

Namun, alasan tersebut justru menuai kritik tambahan. Di saat pemerintah seharusnya menjadi penyelamat ekonomi dengan menggenjot belanja modal yang membuka lapangan kerja dan memperbaiki infrastruktur, Pemkab Blitar justru dinilai sibuk “mengemis” dana swasta untuk sebuah pesta yang manfaat ekonominya bagi masyarakat luas dipertanyakan.

Ironi ini meninggalkan tanda tanya besar tentang skala prioritas pemimpin daerah di tengah jeritan ekonomi dan infrastruktur yang porak-poranda.(JK/Red)

Editor: Joko Prasetyo

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version