Jawa Timur

Inovasi Pendidikan Melalui Tradisi ‘Sungkeman’ di SMP Al Azhaar Kedungwaru

Published

on

TULUNGAGUNG,– Dunia pendidikan di era modern menghadapi tantangan besar dalam membentuk karakter dan kepribadian generasi muda.

Kondisi ini sering menyebabkan kehilangan adab dan moral, terutama dalam hal penghormatan terhadap orang tua, guru, dan orang yang lebih tua.

Sebagai respons terhadap situasi tersebut, SMP Al Azhaar Kedungwaru Tulungagung memperkenalkan pola pendidikan berbasis tradisi ‘sungkeman’ sebagai upaya menanamkan budi pekerti luhur kepada para siswa.

Kepala SMP Al Azhaar Kedungwaru, Sri Wahyuni, menjelaskan bahwa kegiatan ‘sungkeman’ dilakukan setiap hari dan diawali dengan khotaman Al Qur’an serta qiyamul lail.

Kegiatan ini bertujuan agar para siswa menghormati dan berbakti kepada orang tua dan orang yang lebih tua, serta menanamkan pribadi yang penuh kasih sayang dan penghormatan.

Pada Jumat (2/5/2025), kegiatan ‘sungkeman’ diadakan di Gedung Dakwah Abi KH. M. Ihya Ulumiddin diikuti oleh 120 siswa kelas sembilan beserta orang tua mereka.

“Sungkeman merupakan penanaman adab berbudi luhur pada orang tua agar murid menjaganya sepanjang umur,” ujar Sri Wahyuni.

Pengasuh Pesantren Al Azhaar Kedungwaru, KH Imam Mawardi Ridlwan, turut memberikan pengarahan dalam kegiatan tersebut.

Pihaknya menekankan bahwa memperbanyak rasa syukur dan membangun keluarga yang sakinah adalah bagian dari keberhasilan pendidikan karakter.

Menurutnya, karakter anak berbakti kepada orang tua perlu dibangun sejak dini di lingkungan keluarga dan terus diperkuat di lingkungan pendidikan formal.

Abah Imam menegaskan bahwa pendidikan berbudi luhur yang efektif harus didukung oleh contoh nyata dari orang tua dan guru.

“Murid belajar dari kepribadian orang tua, guru, dan lingkungan. ‘Sungkeman’ adalah pola pendidikan terapan untuk menanamkan sopan santun, kepatuhan, ketawadluan, kejujuran, dan tanggung jawab,” tegas KH Imam Mawardi Ridlwan.

“Praktik ‘sungkeman’ dapat memperkuat hubungan personal anak dan orang tua, menumbuhkan kasih sayang spiritual, serta membangun komunikasi yang efektif dalam keluarga”, imbuhnya.

Pelaksanaan ‘sungkeman’ ini juga dihadiri oleh Sekretaris Senat UINSA, DR. KH. Ali Arifin, sebagai narasumber bagi orang tua murid.

Menurutnya, penanaman akhlak yang baik harus dilakukan secara berkelanjutan dan dapat dilanjutkan di pesantren, karena hasil pendidikan tersebut lebih abadi daripada sekadar pekerjaan.

Abah Imam menegaskan bahwa ilmu dan akhlak adalah dua hal yang tak terpisahkan dalam membentuk pribadi anak yang sholih dan sholihah.

“Jika anak tidak disiapkan dengan ilmu dan akhlak, akan menjadi masalah besar bagi orang tua. Orang yang berilmu selalu berakhlakul karimah,” ungkap Gus Fin, Jumat (3/5).

Sri Wahyuni berharap bahwa ‘sungkeman’ mampu membangun hubungan yang penuh kepercayaan antara murid dan orang tua. Pendekatan ini dianggap sebagai solusi holistik dalam membentuk karakter anak agar menjadi pribadi yang berbakti, sopan santun, dan penuh kasih sayang.

Dia menambahkan bahwa tradisi ini diharapkan menjadi pola pendidikan yang mampu membangun generasi muda yang berkualitas dan berakhlak mulia.

Dengan inovasi ini, SMP Al Azhaar Kedungwaru berharap mampu menjadi teladan dalam menanamkan nilai-nilai luhur dan membangun generasi penerus bangsa yang berkarakter dan berakhlak mulia. (DON-red)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version