Jawa Timur
SPPG Banaran Diresmikan Tanpa Gebyar, Tapi Sarat Makna: Santunan Anak Yatim dan Tausiyah Penuh Haru
TULUNGAGUNG — Di tengah hiruk-pikuk lalu lintas Jalan Nasional yang melintasi Desa Banaran, Kecamatan Babad, Lamongan, sebuah desa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bojonegoro telah berdiri Sentra Pemberdayaan Pangan Gizi (SPPG).
Tanpa panggung besar, tanpa baliho raksasa, tapi penuh dengan kehangatan dan makna yang dalam.
Tasyakuran atas berdirinya SPPG Banaran digelar pada Jumat (12/9/2025).
Acara yang berlangsung sederhana namun menyentuh ini diwarnai dengan momen haru saat H. Mudlofar, seorang tokoh lokal yang dikenal lebih suka bekerja daripada berbicara, memberikan santunan kepada 35 anak yatim.
Tak hanya membagikan amplop, H. Mudlofar juga memberi doa, pelukan, dan perhatian tulus sesuatu yang tak bisa dibeli dengan uang.

Foto bersama Camat Kecamatan Babad, Danramil, Kapolsek, Lurah Banaran, hingga tokoh masyarakat setempat. Foto;(dok/istimewa).
“Ini bukan soal memberi. Tapi soal merawat harapan. Anak-anak yatim adalah amanah umat. Mereka harus tumbuh dengan gizi yang cukup dan cinta yang utuh”, ujarnya dengan suara lirih.
Kalimat singkat itu membuat suasana hening sejenak. Beberapa ibu yang hadir tampak menunduk, menyeka air mata.
Mungkin karena mereka tahu, bahwa anak-anak itu tidak hanya membutuhkan nasi, tetapi juga kasih sayang yang terus menguatkan mereka.
Acara juga diisi dengan tausiyah oleh Ketua Dewan Pembina YPI Al Azhaar Indonesia, KH. Imam Mawardi Ridlwan, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua LD PWNU Jawa Timur.
Dalam tausiyahnya, ia mengingatkan pentingnya menata niat dan keikhlasan dalam berkhidmat, terutama bagi para relawan.
“Kalau niatnya baik, insyaAllah gizi anak-anak kita akan aman,” pesannya.
Tasyakuran ini turut dihadiri oleh berbagai pihak, mulai dari Camat Kecamatan Babad, Danramil, Kapolsek, Lurah Banaran, hingga tokoh masyarakat setempat.
Turut hadir pula para Kasatpel, ahli gizi, akuntan, serta relawan yang selama ini aktif mendukung gerakan pangan bergizi melalui program MBG (Menu Bergizi Gratis).
Meski tanpa gegap gempita, acara ini menjadi penanda penting bagi perjuangan panjang para relawan dan masyarakat dalam membangun fondasi gizi anak-anak yang kuat berbasis cinta, kepedulian, dan pengabdian yang tulus. (DON/Red)