Nasional

Apa Makna Gesture Jokowi Menggoyang-goyangkan Kaki Ketika Ditemui Kang Emil?

Published

on

SOLO – Dalam pertemuan yang menarik antara Calon Gubernur Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil (RK) dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo, tersimpan momen yang mencuri perhatian netizen.

Ketika keduanya duduk saling berhadapan dan menikmati hidangan kue lapis Bogor, mata publik tertuju pada aksi Jokowi yang tampak menggoyangkan kakinya.

Momen ini diunggah melalui akun sosial media X dan TikTok @officialinews, dan dengan cepat menarik perhatian banyak orang.

Namun, apa sebenarnya makna dari gestur Jokowi tersebut?

**Implikasi Kesehatan**

Dari hasil penelusuran, menggoyang-goyangkan kaki adalah perilaku umum yang sering dilakukan tanpa disadari oleh banyak orang.

Dalam dunia kesehatan, kebiasaan ini dapat menjadi tanda dari beberapa kondisi.

Dilansir dari laman Antara, di antara kemungkinan tersebut adalah Restless Leg Syndrome (RLS), sebuah gangguan neurologis yang menyebabkan dorongan kuat untuk menggerakkan kaki.

Selain itu, gerakan ini juga dapat menjadi indikasi meningkatnya kecemasan atau stres.

Orang yang sering menggoyangkan kaki biasanya menunjukkan tingkat energi yang lebih tinggi, dan ini dapat menjadi cara mereka untuk menyalurkan kelebihan energi atau kegelisahan yang dirasakan.

**Fakta Psikologis**

Lebih dalam lagi, dari sudut pandang psikologis, menggoyangkan kaki dapat menandakan kebosanan atau kurangnya perhatian dalam situasi tertentu.

Ketika seseorang merasa tidak terlibat atau tidak tertarik, tubuhnya cenderung mencari cara untuk mengalihkan perhatian, yang sering kali berujung pada gerak tubuh yang berulang.

Bagi beberapa individu, menggoyang kaki berfungsi sebagai mekanisme coping untuk mengatasi stres atau kecemasan yang dirasakan.

Gerakan yang berulang tersebut dapat memberikan rasa lega serta membantu mereka untuk mengelola emosi, terutama saat berhadapan dengan situasi yang menegangkan.

Secara keseluruhan, gestur Jokowi menggoyang-goyangkan kaki saat bertemu dengan Ridwan Kamil bisa jadi lebih dari sekadar kebiasaan. Ini mencerminkan sisa energi atau perasaan yang mungkin tidak terungkapkan dalam percakapan di antara pemimpin negara dan calon gubernur yang sedang mempersiapkan masa depan Jakarta. (Bs/Red)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version