TULUNGAGUNG, 90detik.com- Pondok Pesantren Pesulukan Thariqat Agung, yang dikenal sebagai Pondok PETA Tulungagung, mengadakan peringatan Haul ke 55 dengan tema “Tinggalkanlah Segala Sifat Yang Menyalahi Kehambaan”.
Acara ini juga bertepatan dengan Haul KH. Mustaqim bin Husein ke 55, Haul ke 37 Nyai Hajah Sa’diyah binti Rais, dan Haul ke 20 KH. Abdul Jalil Mustaqim.
Peringatan dilaksanakan pada Minggu (07/07), bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1446 H dalam penanggalan kalender Islam.
Acara dihadiri oleh pembicara terkemuka seperti KH. Abdul Qoyyum Mansur dari Lasem Rembang, KH. Mustofa Aqil Siroj dari Cirebon, dan Dr. KH. Ahmad Ismail dari Semarang. Serta puluhan ribu umat muslim dari berbagai wilayah pulau Jawa turut hadir untuk merayakan ini.
Acara Haul dimulai dengan Khotmil Qur’an pada pagi hari oleh para santri tahfidz Qur’an, dilanjutkan dengan pembacaan tahlil dan sambutan dari wakil keluarga Pondok PETA, serta pembacaan manaqib KH. Mustaqim Bin Husein dan ceramah dari para pembicara.
Menurut KH. Bukhori, pendiri Pondok PETA, KH. Mustaqim Bin Husein, memiliki pesan penting yang disampaikan kepada para santrinya, agar senantiasa merawat kuku.
“Dengan sering memotong kuku, seseorang dapat menghilangkan sifat takabur dan lebih merendahkan diri di hadapan Tuhan,”ujarnya.
Dalam mauidhah hasanahnya, KH. Abdul Qoyyum Mansur menekankan pentingnya kesedihan saat kehilangan perintah agama sebagai tanda kesadaran spiritual yang mendalam.
Selanjutnya, Gus Qoyyum juga menegaskan bahwa merendahkan orang lain, merendahkan pandangan, dan mendengarkan hal negatif adalah tindakan yang harus dihindari.
Selain itu, KH. Mustofa Aqil Siroj menyoroti keutamaan agama dibandingkan dengan ilmu pengetahuan. Bagi beliau, ilmu tanpa agama dapat menjadi bencana bagi individu maupun negara, karena agama memberikan pedoman moral yang jelas.
“Ilmu penting, namun agama lebih utama,” tegas KH. Aqil Siroj.
Melalui perayaan Haul ke-55 ini, Pondok PETA memberikan pesan spiritual yang dalam kepada umat Islam untuk senantiasa meningkatkan kesadaran spiritual dan meninggalkan sifat-sifat yang tidak sesuai dengan kehambaan. (Abdul/ Red)
Editor: JK