Jawa Timur

Kado Indah Bulan Sya’ban, Ranting Gedangsewu Jadi Tuan Rumah Silaturahmi Nahdliyin MWC NU Boyolangu

Published

on

TULUNGAGUNG,– Bertepatan dengan minggu pertama bulan Sya’ban, Ranting NU Desa Gedangsewu menerima kado indah sebagai penutup kegiatan rutin silaturahmi MWC (Majelis Wakil Cabang) NU Boyolangu dan NU Ranting se-Kecamatan Boyolangu pada Selasa, 4 Februari 2025.

Acara yang berlangsung di Balai Desa Gedangsewu ini dihadiri oleh ratusan jamaah, termasuk seluruh jajaran Pengurus Harian MWC, pengurus lembaga, banom, serta pengurus ranting NU se-Kecamatan Boyolangu, Tulungagung.

Kegiatan yang dilaksanakan setiap bulan (dalam bahasa Jawa: selapan) ini menjadi ajang silaturahmi yang hangat dan penuh makna.

Sebagaimana biasanya, sebelum musyawarah silaturahmi dimulai, acara diawali dengan mengumandangkan lagu Indonesia Raya dan bait lirik “Ya Lal Wathon” yang diciptakan oleh KH. Wahab Hasbulloh.

KH. Nasihudin Alwi, selaku Rois Syuriah MWC NU Boyolangu, menyampaikan beberapa hal mengenai nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam kemuliaan bulan Sya’ban.

Ia menjelaskan bahwa bulan Sya’ban adalah waktu di mana Allah SWT, dengan rahmat-Nya, akan membebaskan manusia dari siksa api neraka, dengan pengecualian bagi lima golongan: musrik, bermusuhan dengan sesama, sombong, memutuskan silaturahmi, dan pemabuk.

KH. Nasih juga menambahkan bahwa Sayyid Alwi Al Maliki dalam salah satu kitabnya menjelaskan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan di mana seluruh amal manusia diangkat secara besar-besaran selama kurun waktu satu tahun.

Sebelumnya, Ketua Ranting NU Desa Gedangsewu, Miswan, menekankan pentingnya tali silaturahmi sebagai wujud menjaga keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam tausiahnya, KH. Anang Muhsin, yang juga merupakan Wakil Rois Syuriah PCNU Kabupaten Tulungagung, menjelaskan kebiasaan masyarakat Jawa yang melaksanakan selamatan (dalam bahasa Jawa: megengan) dan ziarah kubur menjelang bulan Ramadhan.

Ia menegaskan bahwa tradisi ini tidak bertentangan dengan hukum agama, merujuk pada hadist Nabi Muhammad SAW yang menyatakan, “Man Fariha Biduhuli Ramadhan, Harramallahu Jasadahu ‘alan Niran.”

“Barang siapa bersuka cita atas datangnya bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan jasadnya dari api neraka,” terang KH. Anang.

KH. Anang menjelaskan bahwa melakukan selamatan sebelum bulan Ramadhan memiliki korelasi dengan hadist Nabi Muhammad tersebut. Selamatan di akhir Sya’ban merupakan ungkapan rasa bahagia masyarakat Jawa, yang diwujudkan dalam bentuk sedekah kepada sesama dan lingkungan.

Acara silaturahmi ini diharapkan dapat memperkuat tali persaudaraan dan meningkatkan kepedulian antar sesama menjelang bulan suci Ramadhan yang penuh berkah. (Abd-red)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version