Redaksi

Proyek APBD Rp 3,9 Miliar di Tulungagung Ditinggal Kabur, Warga: Ini Bukan Pembangunan, Tapi Bencana

Published

on

TULUNGAGUNG, – Proyek infrastruktur senilai miliaran rupiah dari APBD justru berubah menjadi sumber bahaya dan keluhan warga. Proyek rekonstruksi jalan di Kecamatan Campurdarat, Tulungagung, yang seharusnya membawa kemajuan, kini menyisakan ‘lubang kuburan’ menganga yang mengancam keselamatan.

Proyek senilai Rp 3.897.600.000,00 yang dikerjakan oleh CV. Sinergi Lima Empat ini terkatung-katung.

Galian drainase sepanjang 400 meter di ruas jalan Campurdarat- Sawo dibiarkan terbuka tanpa pengaman selama hampir tiga minggu, tanpa aktivitas pekerjaan.

Menanggapi keluhan warga, Plt. Kepala Dinas PUPR Kabupaten Tulungagung, Agus Sulistiono, membenarkan adanya keterlambatan.

“Iya, pemborong sudah kami peringatkan. Mereka berjanji akan menambah tenaga kerja dan alat agar progresnya bisa segera diselesaikan,” jelas Agus melalui pesan WhatsApp kepada 90detik.com, Kamis (30/10).

Sebelumnya, salah satu warga menjelaskan Akses masuk ke puluhan rumah terputus, memaksa warga membuat jembatan darurat dari papan kayu untuk sekadar bisa keluar-masuk.

“Ini bukan pembangunan, tapi bencana, Kami khawatir kalau dibiarkan bisa mencelakai warga,” keluh warga setempat, yang enggan disebut namanya.

Selain itu, bahaya mengintai setiap saat. Pada malam hari, lubang sedalam 1,5 meter itu nyaris tak terlihat akibat minimnya penerangan.

“Sudah beberapa kali orang hampir terperosok. Anak-anak kami larang keras untuk main di sekitar sini,” tambahnya.

Ironisnya saat hujan, kondisi berubah mencekam. Galian yang dipenuhi air berubah menjadi kubangan raksasa yang siap menyedot korban.

Warga menuding perencanaan proyek yang tidak matang dan pengawasan yang lemah sebagai biang keladinya.

Warga mendesak Pemerintah Kabupaten Tulungagung untuk tidak hanya hadir dalam seremoni.

Mereka menuntut tindakan tegas dan pengawasan ketat hingga proyek yang dijadwalkan selesai pada 8 Desember 2025 ini benar-benar tuntas dan aman.

“Kami tidak mau ada korban jiwa dulu baru pemerintah bertindak. Uang rakyat Rp 3,9 miliar ini jangan sampai hanya membeli bahaya bagi kami,” pungkasnya.

Namun, janji percepatan itu masih menjadi tanda tanya besar di tengah warga.

Sementara CV. Mulya Karya Consultant sebagai konsultan pengawas dinilai tidak optimal menjalankan fungsinya.

Sampai berita ini diturunkan, pihak pelaksana dan konsultan pengawas belum bisa dikonfirmasi. Dan lubang menganga itu masih setia menunggu korban berikutnya, sementara janji penyelesaian dari kontraktor dan pemerintah masih menggantung di udara. (DON/Red)

Editor: Joko Prasetyo

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version