Jawa Timur
Serah Terima Kepala MTs Unggul Pagerwojo: Tongkat Estafet Perjuangan Lillah wa Billah
TULUNGAGUNG — Di sebuah ruang kelas sederhana yang selama ini menjadi saksi bisu perjuangan pendidikan, MTs Unggul Pagerwojo menggelar acara serah terima jabatan kepala madrasah pada Sabtu (31/8/2025).
Dari tangan Ustadzah Ismiatun, estafet kepemimpinan kini berpindah kepada Ustadz M. Syaifulloh Farihi.
Tidak ada panggung megah, tak ada karpet merah. Hanya deretan kursi kayu, papan tulis, dan wajah-wajah penuh harapan yang mengiringi momen penuh makna tersebut.
Ketua Pembina Yayasan Pendidikan Islam Al Azhaar Indonesia, KH Imam Mawardi Ridlwan, dalam sambutannya menyampaikan terima kasih mendalam kepada Ustadzah Ismiatun atas dedikasi dan pengabdiannya.
Di bawah kepemimpinannya, MTs Unggul Pagerwojo berhasil menorehkan berbagai prestasi dengan semangat ikhlas dan totalitas.
“Kita berjuang harus lillah. Bekal kita adalah bismillah. Dan dilanjut dengan wirid hasbana,” tutur Abah Imam dengan nada lembut namun penuh makna.
Ia menegaskan kembali bahwa ruh utama perjuangan di dunia pendidikan adalah keikhlasan dan ketergantungan total pada pertolongan Allah SWT sebagaimana diajarkan oleh guru beliau, Abi KHM Ihya’ Ulumiddin.
Dalam suasana haru, Ustadzah Ismiatun yang akan melanjutkan tugasnya di sekolah pusat, menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan selama memimpin.
Abah Imam berharap agar kepala madrasah yang baru dapat melanjutkan dan menyempurnakan perjuangan yang telah dirintis bersama.
Sementara itu, Ustadz M. Syaifulloh Farihi, yang kini memegang amanah sebagai kepala madrasah, menerima tanggung jawab itu dengan penuh tawakal.
Ia tidak banyak berbicara, namun sorot matanya memancarkan tekad kuat bahwa kepemimpinan ini bukan sekadar jabatan, melainkan ladang amal yang harus digarap dengan hati dan keikhlasan.
Pengawas Yayasan, Abah Mukri, menutup rangkaian sambutan dengan pesan sederhana namun mendalam:
“Silaturrahim dan komunikasi harus dijaga. Agar MTs Unggul Pagerwojo semakin berkah.” ujarnya.
Pesan itu bagaikan benih yang ditanam di ladang subur. Mungkin tidak langsung terlihat hasilnya, tapi yakinlah, kelak akan tumbuh dan berbuah.
Hari itu, di ruang kelas yang sederhana, telah terjadi sesuatu yang luar biasa. Bukan sekadar pergantian kepala madrasah, tetapi peralihan ruh perjuangan.
Dari satu tangan ke tangan lain, dari satu niat ke niat yang lebih tinggi.
Semua lillah. Semua billah. Semua adalah hasbana. (DON/Red)