Jawa Timur

Trenggalek Gempar, Aksi Tolak Tambang Emas Menuai Pro dan Kontra

Published

on

TRENGGALEK – Keberadaan tambang selalu menjadi isu yang memicu perdebatan di tengah masyarakat. Di satu sisi, kelompok pendukung meyakini bahwa kehadiran tambang dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, sementara di sisi lain, kelompok kontra khawatir bahwa tambang akan merusak lingkungan dan membawa bencana besar.

Salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah rencana kegiatan tambang emas di Kabupaten Trenggalek yang dikabarkan akan segera dimulai.

Pendukung tambang percaya bahwa kehadiran tambang emas akan membuka banyak lapangan pekerjaan dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga mampu membantu pembangunan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Sebaliknya, penolakan keras disampaikan oleh sebagian masyarakat dan aktivis yang khawatir bahwa kegiatan tambang akan merusak ekosistem dan berujung pada bencana lingkungan.

Dalam rangka menyikapi polemik tersebut, Aliansi Rakyat Trenggalek (ART) menggelar aksi penolakan tambang yang diisi dengan sosialisasi bahaya tambang melalui pemutaran film dokumenter berjudul “Tambang Emas, Ra Ritek” di Gedung Serbaguna Desa Bendoagung, Kecamatan Kampak.

Selain pemutaran film, kegiatan tersebut juga diisi diskusi “jagongan seputar tambang” yang melibatkan narasumber dan masyarakat yang hadir.

Namun, pantauan dari 90detik.com menyebutkan bahwa menjelang pelaksanaan acara, sempat terjadi penolakan dari masyarakat sekitar lokasi pemutaran film.

Beberapa warga merasa khawatir bahwa kegiatan tersebut berpotensi memicu kerusuhan dan bentrok antara kelompok pro dan kontra tambang.

Keadaan ini menimbulkan keprihatinan karena kekhawatiran akan terjadinya konflik sosial di tengah masyarakat.

Selain itu, ada insiden kurang menyenangkan terkait banner yang dipasang oleh Perkumpulan Masyarakat Peduli Trenggalek (PMPT).

Banner tersebut bertuliskan pesan yang mendukung investasi dan pengembangan tambang emas, namun kemudian hilang tanpa jejak.

Bambang Wahyudi (53), salah satu pegiat di PMPT, mengungkapkan kekecewaannya atas hilangnya banner tersebut.

“Banner itu sebetulnya tidak untuk menolak acara ART. Tulisan di banner itu juga biasa saja, seperti: ‘Bijaksana Menyikapi Investasi Bukan Harus Dengan Antipati’ dan ‘Kita Butuh Investasi Untuk Membangun Trenggalek Lebih Baik Nanti,’” ujar Bambang, Jumat(30/5).

Lebih jauh, Bambang menambahkan bahwa banner tersebut dimaksudkan untuk memberi perspektif berbeda tentang tambang.

Dia menegaskan bahwa selama ini, sering terdengar hanya sisi negatif dari tambang, padahal tambang bisa menjadi berkah jika dikelola secara beradab dan bertanggung jawab.

Menurut Bambang, tambang berpotensi membuka banyak peluang pekerjaan dan meningkatkan PAD, yang sangat dibutuhkan agar Trenggalek bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi.

Bambang juga menyampaikan kritik terhadap pemerintah yang dinilainya tidak adil dalam menangani perbedaan pendapat tentang tambang.

Pihaknya berharap pemerintah dapat menjadi fasilitator yang netral, tidak berpihak secara sepihak kepada kelompok tertentu.

“Sudah banyak bukti bahwa kelompok penolak tambang sering mendapatkan perlakuan istimewa saat menyuarakan aspirasinya, bahkan cenderung dibebaskan dari hambatan sosial. Sementara kelompok yang mendukung tambang kerap menghadapi hambatan dari aparat dan masyarakat,” pungkas Bambang.

Situasi ini menegaskan bahwa polemik tambang di Trenggalek masih memerlukan dialog terbuka dan saling pengertian dari semua pihak.

Ke depan, diharapkan pemerintah dan masyarakat dapat menyikapi isu ini secara bijaksana demi menjaga harmonisasi dan keberlanjutan pembangunan daerah. (Ji/red)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version