Opini
Berkhidmad Berpahala Haji
Malang– Penulis terlibat sebagai penyelenggara Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional yang berlangsung di Malang, Jawa Timur.
Kegiatan ini dihadiri oleh para narasumber yang sangat profesional, yang menekankan pentingnya menjadi pembimbing ibadah haji yang berkhidmad tulus.
Pengabdian mereka bertujuan untuk membantu jama’ah haji agar dapat meraih kemabruran dalam ibadah haji mereka.
Menjadi petugas haji yang berkhidmad bukanlah hal yang mudah.
Banyak petugas yang memiliki niat yang salah, seperti hanya mengharapkan upah atau gaji. Hal ini menjadi tantangan besar dalam menemukan petugas haji yang benar-benar berkomitmen untuk melayani.
Oleh karena itu, niat yang baik di awal adalah syarat utama yang harus dimiliki.
Setelah itu, penting bagi petugas untuk memiliki pengetahuan yang memadai dan menjaga kesehatan agar dapat menjalankan tugas dengan optimal.
Para assessor Pembimbing Haji Profesional dalam sertifikasi ini selalu menekankan pentingnya melayani jama’ah yang berusia senja atau lansia.
Mereka mengutip ayat 23 dari surat Al-Isra:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu.”
Selain itu, terdapat hadits yang disampaikan oleh para narasumber, yaitu riwayat dari Abu Hurairah:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا
“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua di antara kami.”
Pada Senin (21/4/2025), penulis melakukan silaturrahim dengan Kepala Bidang PHU Kanwil Kemenag Jatim, DR. KH. As’adul Anam, bersama para pengurus Lembaga Dakwah PWNU Jawa Timur.
Di tengah persiapan perjalanan jama’ah haji yang akan dilaksanakan pada awal Mei 2025, Kyai Anam menegaskan bahwa Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional bertujuan untuk menghasilkan calon petugas haji yang berkualitas.
Mereka diharapkan dapat memberikan pelayanan yang menciptakan kenyamanan, keselamatan, dan kelancaran ibadah jama’ah.
Selama sepuluh tahun terakhir, penyelenggara haji dari Kemenag RI telah menghadapi peningkatan jumlah jama’ah haji yang berusia senja.
Hal ini menuntut adanya pemahaman dan pola berkhidmad yang khusus, mengingat jama’ah lansia sering kali menghadapi berbagai tantangan fisik dan emosional.
Petugas haji diharapkan untuk berkhidmad dengan tulus agar mendapatkan pahala haji.
Mereka harus memahami kebutuhan jama’ah lansia dan memberikan pelayanan yang optimal.
Beberapa pesan penting dari para assessor selama sertifikasi meliputi:
1. Ringan kaki: Mendampingi dan melayani jama’ah untuk membantu mobilitas ibadah haji mereka.
2. Perlakuan hormat: Memperlakukan jama’ah seperti orang tua atau guru.
3. Terbuka dalam informasi: Memberikan informasi yang dibutuhkan jama’ah dan menjelaskan tata cara ibadah haji dengan jelas.
4. Pelayanan kesehatan: Meski bukan tenaga medis, petugas haji harus menjalin kerja sama dengan petugas kesehatan untuk memastikan kesehatan jama’ah.
5. Akomodasi dan konsumsi: Memberikan pelayanan akomodasi dan kemudahan konsumsi bagi jama’ah.
Selama enam hari sertifikasi, para narasumber juga menekankan sifat dan sikap yang harus dimiliki petugas haji, antara lain:
1. Selalu ramah dan sedia menyapa.
2. Penuh kesabaran dalam melayani.
3. Peduli dan empati terhadap kondisi jama’ah.
4. Santun kepada semua usia.
5. Meminta izin sebelum berkomunikasi.
6. Menggunakan nada bicara yang lembut dan jelas.
Keberadaan petugas haji sangat penting dalam memberikan rasa aman dan nyaman bagi jama’ah.
Saatnya bagi petugas haji untuk berkhidmad dengan niat yang tulus, demi meraih pahala haji yang berlimpah. (Red)
Penulis: Pengurus Lembaga Dakwah PWNU Jawa Timur dan Sekretaris IPHI Jawa Timur.