Redaksi

Dinsos Dinilai Abai: Bocah Disabilitas di Tulungagung Hidup Tanpa Pengasuh dan Nyaris Tak Terpantau

Published

on

TULUNGAGUNG — Kondisi memprihatinkan dialami Dimas, bocah 13 tahun berkebutuhan khusus yang hidup tanpa pengasuhan layak di Dusun Khasan Anom, Desa Gendingan, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung.

Yatim piatu sejak kecil dan mengalami disabilitas bawaan, ia kini tinggal bersama kakaknya yang mengalami gangguan jiwa (ODGJ).

Tanpa kontrol, tanpa perawatan, dan hampir tanpa perlindungan, Dimas bertahan hidup dalam situasi yang tak seharusnya dialami seorang anak.

Yang paling menyayat hati, Dimas hanya bisa makan ketika ada kiriman makanan dari layanan ojek online yang dipesan oleh kerabatnya di luar negeri.

Tidak ada pihak berwenang yang memberikan pendampingan meski kondisi Dimas sangat rawan.

Nursidik, salah satu perwakilan komunitas sosial yang selama ini memantau keadaan bocah tersebut, menegaskan bahwa keselamatan Dimas berada dalam ancaman serius.

“Bayangkan, anak disabilitas ini makan hanya ketika Grab datang. Itu sudah cukup menjelaskan betapa kosongnya pengasuhan yang seharusnya dia dapat. Ini jelas situasi berbahaya,” ucapnya, Rabu (19/11/2025).

Menurutnya, lingkungan rumah yang tidak kondusif serta ketiadaan pendampingan 24 jam membuat hidup Dimas berada di ujung risiko.

“Bocah ini mestinya berada di tempat aman, bukan dibiarkan hidup berdampingan dengan kakak ODGJ tanpa pengawasan,” tambahnya.

Kisah Dimas memantik kritik keras terhadap Dinas Sosial Tulungagung. Hingga berita ini mencuat, belum ada tindakan nyata berupa evakuasi, asesmen darurat, ataupun pengasuhan sementara yang diberikan kepada anak tersebut.

Padahal, pemerintah memiliki banyak program perlindungan anak yang digembar-gemborkan sebagai solusi bagi kelompok rentan.

Namun, kasus Dimas justru memperlihatkan bahwa mekanisme tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Komunitas sosial menyebut kondisi ini bukan sekadar kelalaian.

“Kalau kasus seperti ini saja tidak terpantau, lalu apa sebenarnya yang selama ini dikerjakan?” sindir Nursidik.

Kisah Dimas dinilai sebagai cermin betapa lemahnya perlindungan sosial bagi penyandang disabilitas di Tulungagung.

Anak yang seharusnya berada dalam pengawasan ketat justru hidup sendirian, terabaikan, dan nyaris kehilangan hak dasarnya.

Masyarakat dan komunitas peduli anak mendesak Dinas Sosial Tulungagung untuk segera mengambil langkah cepat, melakukan asesmen, memindahkan Dimas ke lingkungan aman, serta memastikan ia mendapatkan layanan kesehatan, terapi, dan pengasuhan yang layak. (Abd/Red)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version