Yogyakarta, 90detik.com– Kepergian KH Sirodjan Muniro menghadap Allah Subhanahu Wa Ta’alla, pada Selasa (07/05) lalu. Menjadikan para santri dan alumni Pondok Pesantren Nurul Haromain Kulon Progo kehilangan guru dan sosok orang tua sebagai pengayom para santri.
Dalam suasana yang penuh duka, para alumni Nurul Haromain Kulon Progo telah berkumpul semua, untuk menghantarkan almarhum KH. Shirodjan Muniro pemakaman pesantren, pada Rabu (08/05) siang.
Duka yang mendalam tampak dimuka KH Abdus Salam sebagai Ketua alumni Nurul Haromain Kulon Progo karena telah kehilangan orang tua dan figur seorang pengayom.
Masih suasana duka, KH Abdus Salam menyatakan, bahwa KH Sirodjan Muniro merupakan sosok orang tua dan guru utamanya. Ia juga mengatakan bahwa almarhum juga mengajarkan kepada para santri tentang ilmu kehidupan.
“Almarhum merupakan guru utama dan sekaligus orang tua saya. Masya’ Allah figur tauladan tersebut sangat perhatian dengan para murid-murid beliau. Saya saksikan bahwa beliau bukan hanya mengajarkan ilmu ke pesantrenan namun mengajarkan kehidupan,” ujarnya saat menemui awak media 90detik.com disela mempersiapkan prosesi pemakaman.
Bahkan, KH Abdus Salam mengingat kala almarhum memberikan hartanya untuk santri yang sudah siap tugas. Kala itu KH Abdus Salam saat dibuatkan pesantren. Ada dawuh beliau, yang membuatnya untuk menjadi dan meneruskan amanah beliau.
”Beliau dawuh jangan sampai ada santri gagal mondok karena kekurangan bekal. Saya tahu bahwa kehidupan walaupun bukan kelebihan harta, bahkan untuk beliau sendiri banyak kekurangan, tapi kalau untuk santri diberikan kecukupan,” kisah Kyai Salam panggilan akrabnya.
Kyai Salam juga sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Dlolam Pengasih Kulon Progo, mengungkapkan bahwa almarhum adalah figur yang sangat rajin bersilaturahmi. Kyai Salam mengingat setiap ada keluarga santri yang meninggal tetap takziyah walaupun jauh. Dimana saja ada santri punya hajat almarhum juga datang.
”Dan almarhum punya cita-cita semua orang diajak ngaji, sampai anak jalanan, anak yatim, duafa’, orang tua. Semua lapisan masyarakat sangat mengenal akrab dengan beliau, baik pejabat, kyai, rakyat. Keistimewaan guru saya adalah tidak memiliki sifat dendam walaupun disakiti,”tuturnya.
Kyai Salam juga mengisahkan bahwa almarhum telah merintis beberapa Pondok Pesantren diantara pondok Nurul Haromain Taruban Sentolo, Nurul Haromain Toyan , Wates Kulon Progo, Nurul Dholam Pengasih Kulon Progo, Nurul Fadhilah Cumetuk, Nurul Falah dan Budi Mulyo.
“Disamping merintis pesantren, almarhum adalah pendiri PESAKUP yaitu Persatuan Alumni Kulon Progo. Dawuh almarhum saat mendirikan PESAKUP, bahwa tidak boleh ada santri yang dari Kabupaten Kulon Progo jika akan mondok kekurangan biaya. Maka almarhum mengupayakan uang mondok dan bekal lainnya, biar santri bisa kembali lagi ke pondok, dan semangat berangkat,” imbuhnya.
Kyai Salam juga menceritakan saat almarhum KH Sirodjan Muniro, sambil bersepeda untuk memperjuangkan para santri dengan bersilaturahmi ke para donatur.
”Jadi almarhum yang mencari donatur untuk membelikan kitab para santri dan memberi bekal para santri. Almarhum bersilaturahim ke para donatur sambil bersepeda untuk memperjuangkan santri. Jangan ada santri gagal mondok karena kurang bekal,” tutup Kyai Salam.
(Red/JK)
Editor: JK