Connect with us

Jakarta

Wakapolri Pimpin Upacara Purna Tugas 139 Personel Kontingen Garuda Bhayangkara, Tegaskan Komitmen Indonesia Dukung Perdamaian Dunia

Published

on

Jakarta— Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Wakapolri) Komjen Pol. Prof. Dr. Dedi Prasetyo, S.H., M.Hum., M.Si., M.M., memimpin Upacara Purna Tugas dan Penganugerahan Tanda Jasa bagi 139 personel Polri Kontingen Garuda Bhayangkara Satuan Tugas Formed Police Unit (FPU) 6 MINUSCA.

Upacara ini digelar dalam rangka menyambut kepulangan mereka setelah menyelesaikan pengabdian selama satu tahun dalam misi pemeliharaan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Bangui, Republik Afrika Tengah.

Wakapolri mengedepankan dan menegaskan komitmen Indonesia sebagaimana disampaikan Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Umum PBB tanggal 23 September 2025, bahwa Indonesia akan terus aktif dan berkomitmen penuh untuk mengirimkan pasukan terbaiknya dalam berbagai misi perdamaian dunia.

Keterlibatan Polri dalam misi PBB merupakan wujud nyata dari komitmen bangsa Indonesia bagi kemanusiaan serta upaya aktif dalam menciptakan keamanan dan ketenangan di wilayah konflik.

Wakapolri menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas profesionalisme, disiplin, dan dedikasi tinggi yang ditunjukkan seluruh anggota Satgas FPU 6 MINUSCA.

Atas nama pimpinan Polri, beliau mengucapkan terima kasih karena kinerja yang luar biasa tersebut telah mengharumkan nama Polri, bangsa, dan negara di kancah internasional.

Upacara yang dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi ini turut dihadiri oleh tamu kehormatan dari kalangan eksternal, antara lain:

· Dirbinlat PMPP TNI, Kolonel Adm Janadi, ST., M.Avn., Mgt.;

· Diplomat Ahli Pertama Dit. Keamanan dan Perdamaian Internasional, DJ Kerja Sama Multilateral, Kemlu RI, Salma Husna;
· Wantimpus LVRI, Irjen Pol (Purn) Drs. Satriya Hari Prasetya, S.H.

Pada kesempatan yang penuh khidmat ini, Wakapolri juga menyampaikan duka cita yang mendalam atas gugurnya Briptu Anumerta Sri Widodo dalam pelaksanaan tugas.

Seluruh keluarga besar Polri mendoakan agar almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa, serta keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan.

Wakapolri menekankan bahwa kepulangan Satgas bukanlah akhir pengabdian, melainkan awal dari tanggung jawab baru.

Pengalaman berharga di daerah misi harus menjadi inspirasi untuk terus berkontribusi dan menjadi teladan dalam pelayanan kepada bangsa dan negara.

Sebagai puncak acara, dilakukan penyematan tanda jasa kepada personel terpilih berdasarkan:

· Keputusan Presiden kepada Kasatgas FPU 6 Minusca, Kombes Pol Muhammad Ikhwan Lazuardi, S.H., S.I.K., M.H. dan Duty Officer Satgas FPU 6 Minusca, Iptu Bunga Herlin Dwitiya, S.Tr.K.

· Keputusan Menteri Pertahanan kepada Kompol Omizon Eka Putra, S.H., S.I.K., M.Tr.Sou.

Wakapolri menyampaikan penghargaan dan rasa bangga bahwa Polri dan Indonesia memiliki para anggota Satgas Garuda Bhayangkara yang tangguh.

Beliau mengucapkan selamat datang kembali ke tanah air dan berkumpul dengan keluarga tercinta, serta terima kasih atas dedikasi dan pengabdian yang telah diberikan untuk bangsa, negara, dan kemanusiaan. (By/Red)

Jakarta

Prajurit Yonif 2 Marinir Berbagi Kebaikan Dengan Kegiatan Jum’at Berkah

Published

on

Jakarta— Prajurit Yonif 2 Marinir melaksanakan kegiatan Jumat Berkah dengan membagikan makanan kepada masyarakat di sekitar Kesatrian Marinir Hartono, Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat (17/10/2025).

Kegiatan yang dilaksanakan ini merupakan wujud kepedulian sosial sekaligus bentuk rasa syukur prajurit Yonif 2 Marinir kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Melalui kegiatan ini, para prajurit berupaya menebarkan semangat berbagi dan mempererat hubungan silaturahmi antara TNI dengan masyarakat.

Kegiatan berlangsung dengan penuh kehangatan dan kebersamaan. Senyum tulus masyarakat penerima bantuan menjadi bukti nyata bahwa kebaikan sekecil apa pun akan membawa kebahagiaan bagi banyak orang.

Pada Kesempatan Tersebut Komandan Batalyon Infanteri 2 Marinir Letkol Marinir Helilintar Setiojoyo Laksono menyampaikan bahwa kegiatan Jumat Berkah menjadi sarana bagi prajurit untuk berbuat kebaikan serta menunjukkan kepedulian terhadap sesama.

“Kami ingin keberadaan prajurit Yonif 2 Marinir selalu membawa manfaat bagi masyarakat. Kegiatan ini sederhana, namun penuh makna dan menjadi ladang amal bagi kita semua,” ujarnya. (Timo)

Continue Reading

Jakarta

Prajurit Yonif 2 Marinir Laksanakan Pengamanan Situasi Nasional di Sejumlah Objek Vital Negara

Published

on

Jakarta— Dalam rangka menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban nasional, prajurit Yonif 2 Marinir melaksanakan tugas Pengamanan Situasi Nasional (Pam Bangsitnas) di sejumlah objek vital negara yang tersebar di wilayah Jakarta dan sekitarnya, Senin (13/10/2025).

Pelaksanaan tugas pengamanan ini merupakan bentuk kesiapsiagaan pasukan Korps Marinir TNI Angkatan Laut, khususnya Yonif 2 Marinir, dalam menghadapi perkembangan situasi nasional yang dinamis.

Para prajurit diterjunkan untuk memastikan situasi tetap kondusif, serta memberikan rasa aman bagi masyarakat dan lingkungan sekitar objek vital tersebut.

Selain menjaga objek vital nasional seperti instansi pemerintahan, infrastruktur strategis, dan fasilitas publik, prajurit Yonif 2 Marinir juga berperan dalam membantu aparat kewilayahan guna mencegah potensi gangguan keamanan yang dapat mengganggu stabilitas nasional.

Pada kesempatan tersebut Komandan Batalyon Infanteri 2 Marinir, Letkol Marinir Letkol Marinir Helilintar Setiojoyo Laksono, S.E menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari tanggung jawab satuannya dalam mendukung tugas pokok TNI, yaitu menjaga kedaulatan dan keamanan negara dari berbagai bentuk ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri.

“Kami siap mendukung penuh kebijakan komando atas untuk menjaga situasi tetap aman dan terkendali. Para prajurit telah dibekali dengan arahan dan penekanan agar selalu bersikap profesional, humanis, dan tegas di lapangan,” ujar Danyonif 2 Marinir.

(Tim/Red)

Continue Reading

Jakarta

Wolak-Walik’e Zaman: Ketika Seorang Kyai Melaporkan Tetangganya dan RT ke Polisi

Published

on

Jakarta — Di tengah arus deras informasi digital, masyarakat dikejutkan oleh peristiwa yang mengusik nalar sekaligus nurani.

Seorang tokoh yang mengaku sebagai kyai, sosok yang seharusnya menjadi penuntun akhlak dan penyejuk umat, justru mengambil langkah kontroversial, melaporkan tetangganya sendiri bahkan ketua RT dan RW ke kantor polisi.

Peristiwa ini tidak hanya terjadi, tetapi juga diviralkan. Seolah rasa malu telah terkikis dari wajah peradaban.

Padahal, dalam tradisi Islam dan budaya ketimuran, menjaga hubungan baik dengan tetangga adalah bagian dari keimanan.

“Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah Ta’ala akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.”

(HR. Muslim).

Kyai Bukan Sekadar Gelar.

Dalam kultur masyarakat kita, seorang kyai bukan hanya pemilik ilmu agama, tetapi juga penjaga adab. Ia dikenal karena tutur katanya yang menyejukkan dan sikapnya yang mendamaikan.

Maka ketika ada seseorang yang mengklaim dirinya kyai namun bersikap layaknya musuh di lingkungan sendiri, publik pun bertanya, ada apa dengan zaman ini?

Di masa silam, konflik dengan tetangga dianggap sebagai aib. Perselisihan antar warga diselesaikan secara musyawarah, diam-diam, tanpa diumbar ke ruang publik apalagi ke media sosial.

Apalagi sampai membawa perkara ke ranah hukum hanya karena hal-hal yang tidak substansial.

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Medsos Jadi Panggung Konflik.

Yang lebih ironis, laporan tersebut justru datang dari seseorang yang bergelar akademik tinggi, mengajar tasawuf dan filsafat, serta mengaku sebagai tokoh agama. Alih-alih menjadi teladan dalam menahan amarah, ia justru mempertontonkan permusuhan di ruang publik.

Bahkan orang awam pun tahu, konflik batin diselesaikan dengan dialog, bukan dengan memenjarakan.

“Bukanlah orang kuat itu yang menang dalam bergulat, tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan amarahnya.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Langkah hukum yang diambil terhadap tetangga sendiri, apalagi terhadap ketua RT dan RW, telah mengundang reaksi luas.

Dugaan pun muncul bahwa laporan tersebut bukan murni karena prinsip, melainkan demi keuntungan pribadi. Jika benar, maka seseorang tersebut telah melepas rasa malu yang menjadi perisai utama akhlak.

“Jika kamu tidak malu, maka lakukanlah sesukamu.”

(HR. Bukhari)

Krisis Akhlak, Krisis Keteladanan.

Fenomena ini menandai perubahan zaman yang mengkhawatirkan. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin mengingatkan, hak tetangga hampir menyerupai hak kerabat.

Menyakiti mereka adalah bentuk keburukan akhlak yang nyata. Ulama sejati selalu menjaga martabat tetangganya, bahkan dalam perbedaan.

“Sesungguhnya kalian hidup di zaman di mana ulama banyak dan para pembicara sedikit. Akan datang suatu zaman di mana para pembicara banyak dan ulama sedikit.”

(Hilyatul Awliya’, Abu Nu’aim)

Di era ketika media sosial menjadi pisau bermata dua, para tokoh agama semestinya tampil sebagai penjaga nalar dan akhlak umat, bukan malah memperkeruh suasana. Apalagi jika masalah yang terjadi masih bisa diselesaikan secara kekeluargaan.

Doa Sebagai Tameng Fitnah Zaman.

Dalam kondisi seperti ini, hanya dengan doa dan introspeksi diri umat dapat bertahan dari derasnya fitnah. Rasulullah mengajarkan kita untuk memohon perlindungan dari segala arah:

> اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ،
> اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي، وَدُنْيَايَ، وَأَهْلِي، وَمَالِي،
> اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعَاتِي،
> اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي، وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي،
> وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِ
“Ya Allah, aku memohon keselamatan di dunia dan akhirat. Aku memohon ampunan dan keselamatan dalam urusan agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku…”

Penutup: Saatnya Kembali ke Akhlak.

Tulisan ini bukan untuk menghakimi, melainkan untuk mengingatkan. Bahwa tugas utama seorang kyai adalah menjadi rahmat bagi sekelilingnya, sebagaimana risalah Nabi:

“Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.”

(QS. Al-Anbiya: 107)

Semoga kita semua kembali kepada adab, akhlak, dan rasa malu yang menjadi benteng umat dari kehancuran moral. Dan semoga para kyai kembali menjadi pelita bagi lingkungannya bukan sumber bara konflik. (Red)

Oleh: Imam Mawardi Ridlwan
Dewan Pembina Yayasan Bhakti Relawan Advokat Pejuang Islam

Continue Reading

Trending