Opini
Harlah ke-65: Meneguhkan Komitmen Berkhidmat untuk Indonesia Jaya

Surabaya – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merayakan Hari Lahir (Harlah) yang ke-65. Di tengah perjalanan panjangnya, PMII terus berkomitmen untuk berkhidmat bagi bangsa dan negara, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 yang dicanangkan oleh pemerintah.
Penulis, yang pernah aktif di kampus sebagai marbot masjid dan pengajar alif ba’ ta’, merasakan langsung semangat berkhidmad yang tertanam dalam diri setiap kader PMII.
Dalam perayaan Harlah ke-65 ini, tema yang diangkat adalah “Generasi Hebat, Penggerak Perubahan.” Namun, penulis lebih menekankan pentingnya makna berkhidmad, yang bagi penulis mencerminkan komitmen tulus untuk mengabdi kepada masyarakat dan bangsa.
Seiring bertambahnya usia PMII, berkhidmad bukan hanya sekadar tuntutan materi, tetapi juga penekanan pada nilai-nilai luhur.
Dengan semangat berkhidmad, setiap kader diharapkan mampu menjadikan tantangan sebagai peluang untuk berdaya.
Dalam era digitalisasi dan globalisasi, PMII harus memperkuat akar keaswajaan An-Nahdliyah sebagai fondasi ideologis pergerakan.
Untuk mewujudkan semangat berkhidmad secara menyeluruh, ada beberapa langkah yang perlu diambil. Pertama, penegasan niat dan gerakan (tahrirun niyyah dan harakah) perlu diperkuat.
Kedua, pola kaderisasi di PMII harus berfokus pada pengabdian, memanfaatkan kualitas kader yang berasal dari pondok pesantren dengan kemampuan berpikir kritis.
Ketiga, PMII perlu menjadi mitra strategis bagi pemangku kebijakan untuk memberikan solusi bagi bangsa.
Keempat, sebagai organisasi kader yang mandiri, PMII harus memperkuat perannya dalam membangun Indonesia Emas.
Semangat berkhidmad ini diharapkan dapat menjadi energi positif bagi para kader PMII, mendorong mereka untuk membangun masa depan dengan optimisme.
Dalam Harlah ke-65 ini, semangat berkhidmad diharapkan dapat membuahkan keberkahan, menjadikan PMII sebagai pelita di tengah gelapnya arah gerakan mahasiswa dan model kepemimpinan global.
Dengan harapan agar PMII senantiasa diberkahi, mari kita wujudkan generasi Aswaja An Nahdliyah yang berkhidmad untuk negeri dan mewujudkan Indonesia Emas. (DON-red
Ditulis Oleh: Mawardi Abu Thoriq
Opini
Catatan Awal Pekan, Rumor Pencabutan Kartu Liputan CNN Indonesia dan Ujian Kebebasan Pers

JAKARTA, Sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Pro Jurnalismemedia Siber (PJS), saya merasa perlu memberikan catatan di awal pekan ini terkait rumor yang beredar bahwa Istana telah mencabut kartu liputan wartawan CNN Indonesia.
Reaksi dari berbagai organisasi pers, termasuk Dewan Pers, merupakan tanda keseriusan insiden ini.
Publik berhak bertanya tentang kasus ini. Jika benar, apakah ini tanggapan langsung dari Presiden, ataukah lahir dari ketakutan pihak-pihak tertentu, khususnya Humas di lingkungan Istana?
Bagi saya, kebebasan pers bukan sekadar jargon, melainkan amanat konstitusional. Pasal 28F UUD 1945 menegaskan bahwa setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi.
Pers berfungsi sebagai sarana bagi rakyat untuk memperoleh hak tersebut. Oleh karena itu, pencabutan kartu liputan bukan sekadar urusan administratif, melainkan dapat dipahami sebagai pembatasan hak konstitusional warga negara.
Kartu liputan hanyalah sarana akses, bukan instrumen penghargaan atau hukuman. Jika suatu berita dianggap tidak akurat, mekanismenya jelas. Undang-Undang Pers mengatur hal ini melalui penggunaan hak jawab, hak koreksi, atau pengajuan kepada Dewan Pers.
Semua ini merupakan jalur konstitusional dan etis. Menutup akses liputan hanya akan menimbulkan kecurigaan bahwa pemerintah anti-kritik.
Saya ingin mengingatkan kita semua bahwa demokrasi kita hanya akan sehat jika pers secara bebas menjalankan fungsinya sebagai kontrol sosial.
Membatasi akses media sama saja dengan menutup ruang kritik. Ini berbahaya, karena media lain dapat mengalami “efek ketakutan” dan memilih keamanan daripada kritik. Kritik yang sehat, bagaimanapun juga, adalah vitamin bagi pemerintah, bukan racun.
Oleh karena itu, saya menawarkan solusi sederhana namun mendasar:
1. Pemerintah, melalui Istana, perlu mengklarifikasi masalah ini secara terbuka agar publik tidak terjebak dalam spekulasi.
2. Jika pencabutan tersebut benar, Presiden harus memastikan apakah itu keputusannya atau sekadar blunder aparat Humas.
3. Jalin dialog rutin antara Presiden dan pers untuk menjaga kepercayaan publik terhadap komitmen demokrasi.
4. Anggap saja kritik media sebagai refleksi, bukan ancaman.
Saya yakin Presiden tidak pernah alergi terhadap kritik. Namun, jika langkah-langkah pembatasan ini terus berlanjut, citra demokrasi kita yang dibangun dengan susah payah pasca-reformasi akan tercoreng.
Di sinilah Presiden akan diuji:, akankah ia teguh dalam melindungi kebebasan pers atau membiarkan demokrasi kita digagalkan oleh ketakutan dari lingkaran dalamnya sendiri?.
Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi demokrasi dan kebebasan pers di Indonesia.(*)
Oleh: Mahmud Marhaba (Ketua Dewan Pimpinan Pusat PJS)
Opini
DPR Ditinggal Saraswati, Kursi Menpora Masih Kosong dan Terbuka?

Jakarta— Panggung politik Senayan kembali bergejolak. Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, resmi menyatakan mundur dari kursinya di parlemen. Langkah ini diyakini sebagai manuver politik menuju kursi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) yang saat ini masih kosong pasca reshuffle kabinet.
Dalam pernyataan video yang dibagikan, Saraswati menegaskan niatnya untuk tetap menuntaskan satu tugas terakhir sebagai legislator, yakni pembahasan dan pengesahan RUU Kepariwisataan.
“Dengan ini saya menyatakan pengunduran diri sebagai anggota DPR RI kepada Fraksi Partai Gerindra. Saya berharap masih dapat menyelesaikan pembahasan RUU Kepariwisataan yang menjadi produk legislasi Komisi VII,” ujar Saraswati.
Janji Konstituen dan Sisa Dana Dapil.
Saraswati tidak lupa menyampaikan permintaan maaf kepada konstituen di Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu. Ia berjanji mengalokasikan dana sisa di rekening khusus untuk kebutuhan rakyat, mulai dari bantuan alat kesehatan, pelatihan kewirausahaan, hingga pemberdayaan anak-anak muda.
“Saya mohon maaf jika ada kekecewaan. Dengan sisa dana Dapil, saya akan tetap mendukung masyarakat sampai dana tersebut habis,” tegasnya.
Klarifikasi Kontroversi “Anak Muda Jangan Bergantung pada Pemerintah”
Tak hanya soal pengunduran diri, Saraswati juga menyinggung kembali potongan wawancara yang sempat viral, di mana ia menyebut anak muda jangan bergantung pada pemerintah.
Ia mengaku niatnya adalah mendorong jiwa wirausaha di era digital, namun kata-katanya justru melukai sebagian masyarakat.
“Kesalahan sepenuhnya ada di saya. Saya meminta maaf sebesar-besarnya atas ucapan yang menyakiti hati rakyat,” katanya.
Saraswati meminta publik untuk menonton pernyataannya secara utuh agar mendapat konteks yang lebih jelas, bukan potongan video singkat yang dijadikan bahan provokasi.
Manuver Politik dan Arah Baru.
Pengunduran diri Saraswati dinilai sebagai langkah strategis di tengah kekosongan kursi Menpora.
Dalam pusaran politik pasca reshuffle, nama Saraswati masuk dalam bursa kuat calon Menpora yang diharapkan mampu menjembatani aspirasi anak muda, olahraga nasional, dan dunia digital-ekonomi kreatif.
Langkah mundur ini sekaligus menegaskan bahwa regenerasi politik di tubuh Gerindra mulai menguat.
Saraswati bukan sekadar melanjutkan trah politik keluarga, tetapi mencoba menunjukkan politik pengabdian dan keterbukaan terhadap kritik publik.
Jika kursi Menpora akhirnya menjadi miliknya, ujian besar menanti: apakah ia benar-benar dapat membalik persepsi publik dan mewujudkan janji keberpihakan pada anak muda, atau justru terjebak pada politik simbolik belaka. (By/Red)
Opini
TNI: Dari Rakyat, Bersama Rakyat, untuk Rakyat

Jakarta— Prajurit TNI sejati tidak berdiri sebagai alat kekuasaan, tetapi sebagai penjaga nurani bangsa. Mereka hadir bukan untuk menakuti, tetapi untuk menemani.
Mereka adalah wajah kekuatan yang penuh kasih, keberanian yang tidak membabi buta, dan keberpihakan yang tulus pada ibu pertiwi.
Dalam setiap langkahnya, mereka tahu, senjata bukan selalu solusi, dan kehangatan adalah kunci pencegah anarki.
Netral Tapi Aktif: Makna Sesungguhnya Keberpihakan.
Netralitas TNI bukan berarti pasif tanpa tindakan. Netralitas itu adalah keberanian untuk tidak terseret arus kepentingan, namun tetap sigap menjaga stabilitas negeri.
Ketika rakyat berdemo, TNI hadir bukan untuk membungkam, tetapi untuk mendengar dan menjaga.
Prajurit TNI yang netral dapat mencium gelagat. Mereka tidak kaku dalam menghadapi situasi. Di tengah orasi, mereka menjadi penyejuk.
Di tengah potensi anarki, mereka menjadi penyangga. Mereka bukan lawan rakyat, melainkan bagian dari rakyat.
Ketika Hoaks dan Huru-Hara Mengintai.
Dalam situasi yang sarat provokasi dan narasi palsu yang beredar liar, peran TNI sangat krusial. Mereka menjadi penyeimbang nalar dan peredam api konflik. Ketika rencana anarkisme mulai disusun dengan bungkus demokrasi, prajurit TNI hadir untuk meredam, bukan dengan kekuatan senjata, tetapi dengan kekuatan empati.
Mereka bukan hanya menjaga perbatasan wilayah, tetapi juga batas-batas nurani.
Prajurit Nurani: Harapan di Tengah Gejolak.
Dalam lima hari terakhir Agustus 2025, kita menyaksikan bagaimana prajurit TNI mengambil peran sebagai penjaga moral bangsa. Mereka membaur, merangkul, dan meredam tanpa kekerasan.
Ketika banyak pihak terjebak dalam kemarahan, mereka memilih jalan keberanian yang tenang.
“Engkau, prajurit TNI, adalah kekuatan yang tidak membinasakan. Engkau kekuatan yang menghidupkan,” tulis Imam Mawardi Ridlwan dalam refleksinya.
Penutup: Ketika Ibu Pertiwi Menangis, TNI Hadir Pertama.
Saat Ibu Pertiwi bersimbah air mata, prajurit TNI adalah yang pertama datang, bukan untuk menggertak, tetapi untuk menguatkan.
Karena mereka berasal dari rakyat, dan rakyat tidak pernah meminta peran mereka untuk mundur.
Dalam dunia yang penuh distraksi dan provokasi, semoga tetap ada ruang bagi prajurit-prajurit nurani. Yang tidak hanya menjaga keamanan, tapi juga menjaga kemanusiaan. (DON/Red)
Oleh: Imam Mawardi Ridlwan ,Dewan Pembina Yayasan Bhakti Relawan Advokad Pejuang Islam.
- Nasional1 minggu ago
Skandal Korupsi SKTM Rp4,3 Miliar di Tulungagung, Kejari Didesak Usut ‘Otak’ di Balik Layar
- Jawa Timur2 minggu ago
Usai Gelar Aksi Damai, Pejuang Gayatri: Sisa Donasi untuk Aksi Jilid II
- Nasional1 minggu ago
Korupsi SKTM, Benarkah Hanya Ada Dua Tersangka ? Eks Direktur RSUD dr. Iskak: Pantas Dihukum
- Nasional3 minggu ago
Ratusan Massa Gerakan Pejuang Gayatri Gelar Aksi di DPRD Tulungagung, Soroti 20 Tuntutan Rakyat
- Jakarta5 hari ago
Masa Depan Profesi Advokat Terancam: Dari Dewan Advokat Nasional hingga Advokat Jadi Penonton Persidangan
- Nasional4 hari ago
PAD Terancam Bocor! Pungli Parkir Diduga Libatkan Oknum Dishub Tulungagung
- Nasional2 minggu ago
Ratusan Warga Desa Wonorejo Geruduk DPRD Tulungagung, Tuntut Perbaikan Jalan Rusak Selama 20 Tahun
- Jawa Timur1 minggu ago
Pesantren Ribath Futuhatunnur Tulungagung Gelar Maulid Nabi Secara Sederhana, Hadirkan KH. Imam Mawardi Ridlwan