TULUNGAGUNG, 90detik.com– Sepuluh hari lagi, rakyat Indonesia menuju pesta demokrasi. Sebagian rakyat Indonesia masih ada yang ragu untuk memilih pasangan calon (paslon) capres-cawapresnya.
Terkadang mereka belum memiliki referensi atau kriteria kepemimpinan nasional, awak media 90detik.com diberi kesempatan wawancara bersama Sekretaris IPHI Jawa Timur, KH. Imam Mawardi Ridlwan mengenai sosok pemimpin di negeri ini.
Menurutnya, kepemimpinan Indonesia itu kepemimpinan yang khas Indonesia. Yaitu karakter dalam memimpin yang diambil dari ajaran para pendahulu dan pendiri bangsa.
Kepemimpinan yang karismatik karena ada kekuatan spiritualnya sangat tinggi.
“Model kepemimpinan Indonesia adalah kepemimpinan Pancasila yang berkarakter “ngayomi”, sebagai tauladan, membersamai rakyatnya dan tidak molimo,”terang Abah Imam panggilan akrabnya, pada Minggu (04/02/2024).
Masih, Abah Imam sampaikan kepemimpinan nasional Indonesia adalah dilandasi akhlakul karimah, budi pekerti yang luhur, mengedepankan etika dan moralitas.
“Mengapa ini menjadi karakter utama?, karena pendiri bangsa adalah sosok pilihan yang memiliki adab, budi pekerti tinggi dan mengutamakan moralitas,” Abah Imam menegaskan.
Bukan hanya itu, sosok pemimpin harus memiliki karakter kepemimpinan Pancasila, ada lima hal yang harus ada dalam sosok pemimpin di Indonesia.
Abah Imam, menjelaskan untuk yang pertama kepemimpinan yang dilandasi iman dan taqwa. Hal ini menjadi landasan karena keberadaan kepemimpinan nasional Indonesia itu panutan utama bagi rakyatnya.
Yang kedua berjiwa nasionalis. Yaitu membela tanah air. Mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa, serta menjaga kebhinekaan Indonesia.
Ketiga adalah mengabdi pada negeri totalitas sehingga tidak bertindak KKN apalagi korupsi.
Keempat, memiliki kekuatan badan dan kecerdasan pemikir serta lemah lembut yang welas asih atau sholih sosial.
Dan terakhir kelima menjalankan politik luar negeri bebas aktif tidak menjadi antek asing dan aseng. Tidak menjadi agen, kepanjangan tangan para penjajah.
“Nah itulah lima hal yang harus dijadikan pedoman untuk memilih paslon, dan semuanya tergantung dari hati nurani rakyat. Untuk itu boleh berbeda pilihan tapi yang utama adalah menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” pungkasnya.
(JK/Red)