Budaya
KKMU Kota Sorong Kukuhkan Pengurus Baru, Teguhkan Semangat Kekeluargaan hingga 2030

Kota Sorong, 14 Juni 2025 — Dalam suasana penuh kekeluargaan dan semangat kebersamaan, Kerukunan Keluarga Maluku Utara (KKMU) Kota Sorong resmi mengukuhkan dan melantik kepengurusan baru periode 2025–2030, Sabtu (14/6) di Hotel Mariat, Jalan Ahmad Yani, Distrik Sorong. Kegiatan ini mengusung tema: “Bersama Menjalin Semangat Kekeluargaan Warga KKMU Kota Sorong ke Masa yang Lebih Baik”, sebagai wujud tekad mempererat hubungan antarsesama warga Maluku Utara di tanah rantau.
Acara pelantikan dihadiri oleh berbagai tokoh penting dari lingkup pemerintahan, organisasi masyarakat, hingga tokoh agama, menandakan kuatnya dukungan terhadap eksistensi KKMU sebagai wadah yang tidak hanya menjalin silaturahmi, tetapi juga turut andil dalam pembangunan sosial di Kota Sorong. Di antara yang hadir adalah Ketua Umum KKMU PBD Vincente Campana Baay, Kadis Sosial Kota Sorong Fauzi Fattah, dan Ketua KKMU Kota Sorong Niko Tadjo.
Ketua Panitia H. Nur Iman menyampaikan bahwa pengukuhan ini merupakan bagian dari proses regenerasi organisasi. “Kami berharap kepengurusan baru ini mampu mengemban amanah dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab sosial.”
Dalam sambutannya, Niko Tadjo selaku ketua terpilih menekankan pentingnya sinergi antara pengurus dan masyarakat KKMU dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan. Sementara itu, Vincente Campana Baay mengingatkan bahwa organisasi kemasyarakatan seperti KKMU memiliki peran strategis dalam menjaga harmonisasi antar suku dan memperkuat jalinan dengan pemerintah daerah.
Menutup acara, Hendrikus Momot mewakili Wali Kota Sorong menegaskan pentingnya peran ormas seperti KKMU dalam menjaga stabilitas sosial dan mendukung pembangunan. “KKMU adalah contoh nyata bagaimana kekuatan budaya bisa bersinergi dengan semangat pembangunan daerah.”
(Tim/Red)
Budaya
Marching Band Mustika Nada SDN 2 Karangrejo Kampak Trenggalek Bikin Heboh, Lantunkan Lagu “Cinderella”

TRENGGALEK— Festival Drumband tingkat SD, MI, dan SLTP dalam rangka perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2025 di Kecamatan Kampak, Kabupaten Trenggalek, resmi digelar pada Sabtu (9/8/2025).
Acara ini diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai lembaga pendidikan di wilayah Kampak.
Kompetisi ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI ke-80 dan dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu kategori Brass dan Non-Brass.
Kategori Brass mengacu pada pertunjukan drumband yang menampilkan formasi dan musik dengan fokus pada instrumen tiup seperti trumpet, trombone, dan tuba, serta instrumen pit.
Sementara Non-Brass lebih menekankan pada alat musik perkusi seperti snare drum, bass drum, cymbal, serta xylophone dan keyboard, tanpa melibatkan instrumen tiup.
Salah satu peserta yang mencuri perhatian dan sukses membuat suasana haru adalah Marching Band Mustika Nada dari SD Negeri 2 Karangrejo, Kampak, Trenggalek, yang tampil di kategori Brass.
Penampilan mereka dinilai sangat harmonis dan memukau, terutama saat membawakan lagu “Cinderella” milik Band Raja.

Marching Band Mustika Nada SDN 2 Karangrejo Kampak Trenggalek Bikin Heboh. Foto;(dok/Jiat)
Pelatih Mustika Nada, Rifan Baikuni, menjelaskan bahwa timnya membawakan dua lagu dalam parade kali ini.
“Lagu pertama berjudul Cinderella dari Band Raja, dan lagu kedua adalah lagu kebangsaan Berkibarlah Benderaku,” terang Rifan.
Ia juga menambahkan bahwa tim Mustika Nada selalu menunjukkan performa terbaik di setiap kompetisi.
“Alhamdulillah, sejak saya melatih, Mustika Nada selalu berhasil meraih juara. Ini semua berkat kedisiplinan anak-anak saat latihan, yang kami adakan secara rutin seminggu sekali,” ungkapnya.
Apresiasi juga disampaikan oleh pihak sekolah. Guru SDN 2 Karangrejo, Endah Srilestari, memberikan penghargaan tinggi atas perjuangan para siswa dan pelatih.
“Kami sangat bangga atas kerja keras anak-anak dan pelatih. Mereka sudah berjuang luar biasa dan menampilkan performa terbaik. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, termasuk para wali murid yang telah aktif mendukung setiap kegiatan sekolah,” ujarnya.
Penampilan Mustika Nada menjadi salah satu momen paling berkesan dalam festival kali ini, sekaligus mempertegas eksistensi mereka sebagai salah satu marching band terbaik di tingkat sekolah dasar di wilayah Kampak. (Ji/Red)
Budaya
Menteri Kebudayaan Apresiasi Polri Atas Konsistensi Lestarikan Pagelaran Wayang Kulit

Jakarta — Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, mengapresiasi semangat Polri dalam memajukan kebudayaan dengan rutin melaksanakan pagelaran wayang kulit saat peringatan Hari Bhayangkara setiap tahunnya. Tahun ini, pagelaran itu dihadiri langsung oleh Menteri Fadli Zon.
“Kegiatan ini saya kira luar biasa. Kami sangat apresiasi sekali dalam rangka HUT Bhyangkara diselenggarakan sebuah pagelaran wayang dengan tema Amartha Binangun ini,” jelas Menteri Fadli Zon di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (4/7/25) malam.
Ia mendorong institusi lain mengikuti langkah Korps Bhayangkara. Terutama dalam upaya melestarikan kebudayaan dalam kegiatan-kegiatannya.
“Kami sangat apresiasi sekali dan mudah-mudahan semakin banyak institusi dalam hari-hari lahirnya bisa menyelenggarakan berbagai kegiatan, termasuk seperti wayang,” ungkapnya.
Pagelaran Wayang, ujar Menteri Fadli Zon, telah masuk di dalam warisan budaya yang diakui oleh UNESCO. Oleh karenanya, pelestarian wayang melalui pementasan sangat menarik.
“Yang pertama malah dulu, tahun 2003 masterpiece of oral tradition and intangible heritage of humanity. Jadi warisan agung budaya dunia, wayang lah yang pertama kali diakui oleh UNESCO dari Indonesia,” ujarnya.
Tak dipungkirinya, komunitas wayang memang masih banyak di daerah-daerah. Namun, beberapa wayang memang perlu penyelamatan khusus.
“Wayang golek yang perlu semakin banyak pementasan. Kalau wayang kulit saya kira masih masih cukup kuat komunitasnya,” ungkap Fadli Zon. (DON)
Budaya
Ritual Sakral di Petilasan Joyoboyo: Kirab 1 Suro Kediri Dihadiri Rombongan Wisatawan Eropa

KEDIRI,– Suasana mistis dan khidmat menyelimuti Petilasan Sri Aji Joyoboyo di Desa Wisata Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, saat puncak peringatan 1 Suro digelar pada Jumat (27/6).
Acara tahunan yang sarat budaya ini semakin istimewa dengan kehadiran antusias wisatawan mancanegara, khususnya rombongan dari Prancis.
Sebelum puncak acara, rangkaian ritual telah dimulai. Pihak penyelenggara di Desa Menang melaksanakan pembersihan Batu Manik secara fisik dan spiritual.
Ritual pencucian batu pusaka ini dilakukan secara khusus di tiga tempat sakral sekaligus: Loka Moksa, Loka Busana, dan Loka Mahkota, menyiapkan energi spiritual untuk peringatan utama.

Foto, Kepala Disparbud Kabupaten Kediri, Mustika Prayitno Adi (tengah baju lirik cokelat) mendampingi Ketua DPRD Kabupaten Kediri, Murdi Hantoro Upacara Ritual 1 Suro di Petilasan Sri Aji Joyoboyo Kediri, pada Jumat (27/6).(Dok/ist).
Dihadiri Pejabat dan Wisatawan Internasional
Puncak acara Kirab Ritual 1 Suro dihadiri sejumlah pejabat, termasuk Ketua DPRD Kabupaten Kediri, Murdi Hantoro, dan Kepala Disparbud Kabupaten Kediri, Mustika Prayitno Adi. Keduanya turut berjalan kaki dalam prosesi kirab dari Balai Desa Menang menuju kompleks Petilasan, menunjukkan penghormatan terhadap tradisi.
Namun, sorotan juga tertuju pada rombongan wisatawan Prancis yang hadir. Dipandu oleh Anne Marie Wirjo, sebanyak 12 wisatawan asal Prancis tampak antusias mengikuti seluruh rangkaian Kirab Ritual 1 Suro.
“Mereka mengaku sangat senang bisa hadir di Kediri, khususnya untuk mengikuti acara ini,” ujarnya.
Pihaknya juga menyampaikan kekagumannya pada budaya Jawa dan menyampaikan pesan penting. Ia mencontohkan, pelestarian bisa dilakukan dengan terus menggelar Kirab Ritual 1 Suro seperti di Petilasan Joyoboyo.
“Budaya Jawa adalah tradisi yang sangat indah, luar biasa, dan patut terus dilestarikan. Tolong jangan ditinggalkan budaya ini,” tegasnya.
Menurutnya, hal ini menjadi pengingat penting, keindahan dan kedalaman budaya Jawa wajib dijaga kelestariannya oleh generasi penerus. Rombongan Prancis ini memang memiliki ketertarikan khusus.
“Selain ke Kediri, kami juga berkunjung ke tempat wisata lain di Indonesia. Khususnya tertarik dengan wisata yang bernuansa aliran kepercayaan dan mistik,” tukasnya.
Apresiasi dan Sejarah Kediri yang Membumi
Kehadiran acara ini juga mendapat apresiasi mendalam dari Chatarina Etty, perwakilan Keluarga Yayasan Hondodento Yogyakarta. Ia mengaku terharu melihat Kirab Ritual 1 Suro terus digelar di Desa Menang, tempat yang dipercaya sebagai pamoksan (tempat menghilang) Sang Prabu Sri Aji Joyoboyo.
“Kami sangat berterima kasih kepada masyarakat, karena upacara ini mampu menjadi agenda Nasional, dan memiliki daya tarik bagi banyak masyarakat yang datang setiap penanggalan Jawa, 1 Suro,” ucap Chatarina.
Kilas Sejarah Kerajaan Kediri dan Joyoboyo
Petilasan ini memiliki akar sejarah yang dalam, terkait erat dengan kejayaan Kerajaan Kadiri (Kediri). Berdiri sekitar abad ke-11 hingga ke-13 Masehi, Kediri mencapai puncak keemasan pada masa pemerintahan Raja Sri Jayabhaya (Joyoboyo) sekitar tahun 1135-1157 M.
Kerajaan Hindu ini terkenal makmur, dengan pusat pemerintahan diperkirakan berada di sekitar Kota Kediri sekarang, dan menjadi kekuatan maritim serta pusat sastra (kakawin) terkemuka di Jawa.
Sri Aji Joyoboyo dikenang bukan hanya sebagai raja agung, tetapi juga karena Ramalan Jayabaya (Jongko Joyoboyo) yang diyakini banyak orang meramalkan masa depan Nusantara hingga akhir zaman.
Keyakinan bahwa Joyoboyo mencapai moksa (bersatu dengan Tuhan) di Desa Menang inilah yang menjadikan petilasannya sebagai tempat ziarah dan ritual yang sangat dihormati, terutama setiap 1 Suro.
Peringatan 1 Suro di Desa Menang bukan sekadar ritual, tetapi juga peneguhan identitas budaya, penghormatan pada sejarah, dan daya tarik wisata yang unik, bahkan mampu memikat hati wisatawan dari benua Eropa.
(JK-red)
- Budaya6 hari ago
Marching Band Mustika Nada SDN 2 Karangrejo Kampak Trenggalek Bikin Heboh, Lantunkan Lagu “Cinderella”
- Investigasi5 hari ago
Skandal Pungli di Kawasan Pinka, Sedot Darah PKL, Diduga Libatkan Oknum Preman dan Pengurus Lama
- Nasional2 minggu ago
Harumkan Nama Tulungagung dan Jatim, SMKN 1 Rejotangan berhasil Sabet Medali Emas di LKS Nasional 2025
- Investigasi3 hari ago
Jalan Rusak di Tulungagung, Warga “Sulap” Jalan Menjadi Kebun Pisang
- Nasional3 minggu ago
Kampak Trenggalek Menyala, Aroma Agustusan Mulai Terasa
- Jawa Timur2 minggu ago
Mewakili Jawa Timur, SMKN 1 Rejotangan Berpartisipasi di LKS Nasional 2025 Bidang Elektronika
- Jawa Timur7 hari ago
Rapat Paripurna DPRD Blitar Gagal Gara-Gara Tak Kuorum, LSM LASKAR: Memalukan dan Rakyat Jadi Korban
- Investigasi2 minggu ago
Kuasa Hukum Pokmas ‘Mergo Mulyo’ Desak DPRD Fasilitasi Hearing: Kantah Tulungagung Diduga Lindungi Mafia Tanah