TULUNGAGUNG, 90detik.com – Di Indonesia, pendidikan tidak hanya berfokus pada pengetahuan akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter dan keimanan peserta didik.
Menurut Pengasuh Pesantren Al Azhaar Tulungagung, Kiyai Imam Mawardi Ridlwan, momentum Hari Anak pada tanggal 23 Juli seharusnya digunakan oleh para pendidik untuk memperkuat peran mereka dalam melahirkan generasi yang berkarakter dan berakhlak mulia.
Abah Imam menegaskan bahwa pendidikan bukan sekadar mencapai target kurikulum atau mencetak kecerdasan akademik semata, tetapi juga melibatkan aspek kecerdasan spiritual untuk membentuk ketaatan pada peserta didik.
“Pendidikan seharusnya membentuk kepribadian dan jiwa, dengan keseimbangan antara aspek akademik dan spiritual. Semua nilai-nilai agama harus terintegrasi ke dalam semua materi pembelajaran. Kepribadian yang sholih adalah tujuan utama pendidikan di Indonesia untuk mencetak anak-anak emas di masa depan”, ujarnya.
Lebih lanjut, Sekretariat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia IPHI Jawa Timur juga menyampaikan keprihatinan terhadap keadaan pendidik di era modern. Mereka menyoroti kekurangan dalam memberikan teladan yang baik bagi peserta didik.
“Masalah utama dalam pendidikan di Indonesia adalah karakter para pendidik. Banyak di antara mereka yang belum mampu menjadi teladan yang baik. Hal ini berdampak pada munculnya berbagai kasus penyimpangan perilaku peserta didik, seperti kenakalan remaja, tindakan penganiayaan, perkelahian, penyalahgunaan narkoba, bahkan perilaku asusila. Pemerintah perlu ikut campur untuk memperbaiki karakter para pendidik,” tambah Abah Imam.
Selain itu, ia juga menekankan bahwa Pemerintah sebaiknya tidak ragu-ragu atau malu untuk bekerja sama dengan pesantren dalam memperbaiki karakter para pendidik. Kerjasama antara kedua pihak sangat diperlukan.
“Selamat Hari Anak ke-40. Mari kita bersinergi dalam mendampingi anak-anak agar tumbuh menjadi individu yang memiliki karakter dan akhlak mulia,” tutupnya. (Red)