Connect with us

Redaksi

Pendidikan Karakter: Murid TK dan Paud Hang Tuah Belajar Mengenali TNI AL dan Korps Marinir

Published

on

 

Kota Sorong, 25 Januari 2025 – Dalam upaya mengenalkan profesi TNI Angkatan Laut (TNI AL) dan Korps Marinir kepada generasi muda, puluhan murid Taman Kanak-Kanak (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Hang Tuah bersama para guru pembina melakukan kunjungan yang penuh semangat ke Lantamal XIV Sorong dan Sarang Petarung Pasmar 3, yang berlokasi di Jln Poros Katapop, Kelurahan Majener, Distrik Salawati, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya.

Kegiatan ini berlangsung pada hari Sabtu, 25 Januari 2025, diawali dengan perjalanan bersama KRI Wayang yang membawa rombongan anak-anak dan guru menuju Dermaga Mako Armada III. Setibanya di dermaga, mereka melanjutkan perjalanan ke Mako Menkav Pasmar 3, di mana mereka disambut langsung oleh Danmenkav Pasmar 3, Kolonel (Mar) Karlos.R. Deda MM, M.Tr, Hanla, bersama prajurit Pasmar 3.

Sebanyak 22 murid TK dan 6 murid PAUD, yang didampingi oleh 4 orang guru pembina, tampak sangat antusias mengenal lebih dalam tentang profesi dan tugas TNI AL serta Korps Marinir. Dalam kunjungan ini, anak-anak berkesempatan melihat langsung berbagai jenis Kendaraan Tempur (Ranpur), termasuk Tank PT 76 dan BTR 50. Mereka juga berinteraksi dengan para prajurit Pasmar 3, memberi makan rusa, serta mengenali berbagai persenjataan yang digunakan di Mako Menkav Pasmar 3.

Kepala Sekolah TK Hang Tuah, Noviana, mengungkapkan rasa bangganya atas sambutan hangat yang diberikan oleh prajurit Lantamal XIV dan Menkav Pasmar 3. Menurutnya, kegiatan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan mental dan moral anak-anak. “Kami berharap, melalui pendidikan lapangan seperti ini, anak-anak dapat terlatih untuk bekerja sama dengan baik, serta memiliki disiplin dan semangat belajar yang tinggi. Kami juga berharap, kelak mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan bahkan mungkin menjadi prajurit TNI AL,” ujar Noviana.

Di akhir acara, Danlantamal XIV, Laksma TNI Joni Sudianto CHRMP, mengapresiasi antusiasme anak-anak dan memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar TNI AL dan Korps Marinir. Anak-anak yang menjawab dengan benar pun diberi hadiah sebagai bentuk apresiasi. Laksma Joni juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh anak-anak dan guru dari TK dan PAUD Hang Tuah yang telah berkunjung dan ikut serta dalam mengenali lebih dekat kapal perang serta fasilitas di Mako Menkav Pasmar 3 dan Mako Armada III.

Kunjungan ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat dan rasa cinta tanah air sejak dini, serta membuka wawasan anak-anak tentang dunia kemiliteran yang bisa menjadi pilihan profesi mereka di masa depan.

(Tim/Red)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Redaksi

Pesantren Lansia di Kediri Ingatkan “Critical Eleven Time” Persiapan Menuju Akhirat  

Published

on

Foto, KH Imam Mawardi Ridlwan Pengasuh Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Al Azhaar bersama Dr. KH. Ali Arifin, Pengasuh Pesantren Sepuh Roudlotul Qur’an Selopanggung, Kediri.(dok/90detik.com).

KEDIRI, – Dr. KH. Ali Arifin, Pengasuh Pesantren Sepuh Roudlotul Qur’an Selopanggung, Kediri, menegaskan pentingnya lembaga khusus yang mempersiapkan manusia menghadapi kematian.

Menurutnya, fase krusial kehidupan ibarat “critical eleven time” dalam penerbangan, 6-11 menit terakhir pesawat sebelum mendarat ketika pramugari mengingatkan penumpang memakai sabuk pengaman.

Pernyataan ini disampaikan dalam pidato penutup Musyawarah Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Al Azhaar Tulungagung, yang dilaksanakan selama dua hari 11-12 Juli 2025.

“Bandara terakhir kita adalah kubur. Sayangnya, belum ada ‘pramugari spiritual’ yang cukup mengingatkan kita untuk mempersiapkan bekal saat memasuki masa kritis di ujung usia,” tegas pria yang akrab disapa Gus Fin.

Ia menjelaskan analogi lengkapnya: Seperti pesawat yang butuh 6-11 menit persiapan sebelum lepas landas, masa kecil hingga remaja adalah fase ‘pengamanan diri’ melalui lembaga pendidikan.

Namun, persiapan jelang ‘pendaratan’ (kematian, red) justru sering terabaikan.

Gus Fin menekankan, Pesantren Roudlotul Qur’an yang dipimpinnya hadir khusus memenuhi kebutuhan spiritual lansia dan pensiunan.

“Mereka yang masuk fase injury time tak boleh lagi santai. Dunia ini fatamorgana, wa mal-ḥayātud-dun-yā illā matā’ul-gurụr, sejatinya kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdayakan. Fokus utama adalah bekal praktis seperti bacaan salat wajib,” paparnya.

Ia mengkritisi minimnya lembaga yang berfungsi layak ‘announcement’, pramugari untuk fase akhir hidup.

“Selama ini kita punya TK hingga perguruan tinggi sebagai ‘persiapan lepas landas’. Tapi siapa yang memastikan ‘keseimbangan kursi’ dan ‘pengamanan sabuk’ kita saat hendak ‘mendarat’ di kubur?,“ ujarnya.

Acara yang digelar dua hari ini ditutup dengan penekanan Gus Fin tentang esensi pendidikan sepanjang hayat.

“Pendidikan bukan hanya untuk menjadi manusia sukses di dunia, tapi terutama untuk memastikan kita ‘selamat mendarat’,“ pungkasnya.(Red)

Editor: Joko Prasetyo

Continue Reading

Papua

Ketua LMA Papua Barat Daya Ucapkan Selamat HUT Bhayangkara ke-79: Tetap Profesional Jaga Keamanan Rakyat

Published

on

Kota Sorong, — Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Provinsi Papua Barat Daya, George Dedaida, menyampaikan ucapan selamat memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Bhayangkara ke-79 kepada seluruh jajaran Kepolisian Republik Indonesia, khususnya yang bertugas di wilayah Papua Barat Daya. Minggu (22/6/25).

Dalam pernyataannya, George Dedaida menekankan harapan besar masyarakat adat agar institusi Polri senantiasa menjalankan tugasnya secara profesional, adil, dan penuh integritas sebagai penjaga keamanan negara serta pelindung dan pengayom masyarakat.

“Selamat Hari Ulang Tahun Bhayangkara ke-79. Kami dari Lembaga Masyarakat Adat Provinsi Papua Barat Daya memberikan penghormatan dan apresiasi yang tinggi atas dedikasi dan pengabdian Polri dalam menjaga ketertiban dan keamanan, khususnya di tanah Papua Barat Daya. Semoga Polri semakin profesional dan dipercaya oleh masyarakat,” ujar Dedaida di Kota Sorong.

Ia juga menyampaikan keyakinan bahwa Polri akan terus hadir sebagai mitra strategis masyarakat, terutama dalam membina kerukunan dan menjaga stabilitas di wilayah yang sarat dengan keberagaman budaya dan nilai-nilai adat seperti Papua Barat Daya.

“Sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat, kami berharap Polri selalu mengedepankan pendekatan humanis, menghargai nilai-nilai adat, serta menjalin kemitraan yang harmonis dengan masyarakat adat. Dirgahayu POLRI ke-79. Tuhan Yesus memberkati tugas dan pengabdian mulia ini,” lanjutnya.

Peringatan HUT Bhayangkara tahun ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan peran strategis Polri dalam memperkuat ketahanan sosial serta mempererat hubungan dengan seluruh elemen masyarakat, termasuk tokoh-tokoh adat yang menjadi bagian penting dari struktur sosial Papua.

Dukungan dari lembaga adat seperti yang disampaikan George Dedaida menunjukkan kuatnya sinergi antara aparat keamanan dan masyarakat lokal dalam mewujudkan keamanan yang berkelanjutan dan berkeadilan.

(Timo)

Continue Reading

Redaksi

Masa Kanak-kanak Tergadaikan?, Aksi Nyawer Siswa SD Tulungagung Picu Polemik Kerusakan Karakter!

Published

on

Foto,Tangkapan layar video yang beredar di media sosial, saat pelepasan siswa kelas 6 SDN 01 Kenayan(dok/ist).

TULUNGAGUNG,- Sebuah video yang tengah viral di media sosial menunjukkan momen mengejutkan saat siswa SD di Tulungagung “nyawer” biduan electone dalam acara pelepasan siswa kelas 6 di SDN 01 Kenayan.

Video berdurasi lebih dari satu menit ini memperlihatkan siswa kecil dengan antusias memberikan uang kepada biduan yang diundang khusus untuk meramaikan acara tersebut.

Kepala Sekolah SDN 01 Kenayan, Admin Kholisina, memberikan klarifikasi terkait insiden ini. Menurutnya, kegiatan musik elektone dan saweran adalah inisiatif dari paguyuban wali murid dan terjadi di luar sepengetahuan pihak sekolah.

“Saat ada saweran itu di luar sepengetahuan pihak sekolah,” ungkapnya pada Kamis (19/6/2025).

Acara resmi yang diselenggarakan oleh sekolah hanya mencakup sambutan, paduan suara, dan pelepasan balon.

Setelah kegiatan resmi selesai, wali murid melanjutkan dengan tasyakuran yang biayanya ditanggung secara gotong royong.

Namun, muncul kritik dari beberapa wali murid yang menyayangkan tindakan “nyawer” tersebut.

Mereka berpendapat bahwa kegiatan ini tidak pantas dilakukan oleh siswa SD dan berpotensi merusak karakter anak-anak.

Dalam menghadapi kontroversi ini, pihak sekolah diharapkan dapat segera merumuskan kebijakan yang jelas terkait kegiatan serupa di masa depan agar tidak menimbulkan masalah yang sama.

Masyarakat pun menantikan langkah konkret dari pihak sekolah untuk menjaga integritas pendidikan dan karakter siswa. (DON/red)

Continue Reading

Trending