Connect with us

Nasional

Tongkat Estafet Pimpinan Dinas Kesehatan Kota Sorong Resmi Berpindah Tangan

Published

on

Kota Sorong, PBD – Serah terima jabatan Kepala Dinas Kesehatan Kota Sorong secara resmi dilaksanakan antara Hermanus Kalasuat, SST, MM selaku pejabat lama kepada pelaksana tugas (Plt) yang baru, Jemima Elisabeth, Windesi Lobat, S.KM, M.AP.

Acara yang berlangsung di ruang pertemuan Dinas Kesehatan Kota Sorong dan disaksikan langsung oleh PLT Sekda Kota Sorong, Rudy Laku, S.Pi, para pejabat struktural, kepala puskesmas, direktur rumah sakit, serta undangan lainnya.

Serah terima jabatan ini menandai berakhirnya masa tugas Hermanus Kalasuat yang telah menjabat hampir selama 8 tahun memimpin Dinas Kesehatan Kota Sorong.

Dalam sambutannya, beliau menyampaikan rasa syukur atas kepercayaan dan kerja sama dari seluruh jajaran dinas serta berbagai pihak yang telah mendukung pelaksanaan program-program kesehatan selama ini.

“Kalau selama 8 tahun saya menjabat terdapat kesalahan, saya mohon maaf. Saya percaya ibu Jemima sebagai Plt yang baru akan melanjutkan bahkan meningkatkan capaian yang telah dirintis bersama,” ujar Hermanus.

Prosesi serah terima jabatan ini tidak hanya simbolik. Penyerahan juga meliputi berkas-berkas penting dinas, seperti:

– Data kepegawaian Dinas Kesehatan Kota Sorong.

– Jumlah tenaga kesehatan di seluruh Puskesmas.

– Sarana dan prasarana yang dimiliki.

– Laporan keuangan dan dokumen pendukung lainnya.

Berkas-berkas tersebut telah disusun dan diserahkan dalam bentuk dokumen memori serah terima jabatan yang ditandatangani oleh kedua pihak dan disaksikan oleh pejabat terkait.

Sementara itu, dalam sambutannya, Plt Kadinkes Jemima Elisabeth Windesi Lobat, menyampaikan komitmennya untuk meneruskan serta meningkatkan apa yang sudah dibangun oleh pejabat sebelumnya.

“Saya tidak bisa mundur, amanah sudah diberikan. Tapi saya tidak akan berjalan sendiri. Saya memohon dukungan semua pihak, dari internal dinas, rumah sakit, hingga para kepala puskesmas. Tujuan kita satu: meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Sorong, terutama ibu dan anak,” ujar Jemima dengan penuh semangat.

PLT Sekda Kota Sorong, Rudy Laku, S.Pi yang hadir mewakili Wali Kota Sorong, Seotinus Lobat, SH, MPA menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Hermanus Kalasuat atas pengabdian panjangnya.

Ia juga menaruh harapan besar kepada Jemima untuk membawa Dinas Kesehatan Kota Sorong menjadi lebih adaptif, progresif, dan berdampak nyata bagi masyarakat.

“Pemerintah Kota Sorong mendukung penuh Ibu Jemima dalam mengemban tugas ini. Kolaborasi dan koordinasi antara puskesmas, rumah sakit, dan seluruh unit layanan harus ditingkatkan. Kita ingin pelayanan kesehatan yang prima, merata, dan berkelanjutan,” ucapnya.

Dengan semangat baru dan kesinambungan program yang kuat, tongkat estafet ini diharapkan menjadi momentum bagi Dinas Kesehatan Kota Sorong untuk terus berkembang dan menjawab tantangan sektor kesehatan di masa depan. (Timo)

Nasional

JLS: Jalan Persatuan, Jalan Peradaban Yang Menertawakan Rivalitas Elektoral

Published

on

Jakarta – Proyek Jalan Lintas Selatan (JLS) membuktikan satu hal penting di republik ini, pertarungan elektoral boleh saja sengit, tapi pembangunan tetap berjalan melampaui sekat rivalitas.

JLS adalah bukti konkret bahwa Indonesia hanya punya tiga arus besar nasionalisme: sipil–marhaenisme ala GmnI, militer, dan birokrasi.

Praktisi hukum dan politik Fredi Moses Ulemlem menilai, perjalanan JLS adalah cermin bagaimana representasi nasionalis berganti-ganti rezim namun tetap menyatu dalam pembangunan.

“Megawati lewat PDIP mewakili nasionalis sipil–marhaenis dengan memberi gagasan. SBY lewat Demokrat sebagai nasionalis militer-birokrasi memulai pekerjaan. Jokowi, juga PDIP, mempercepat dengan kerja nyata. Dan Prabowo hari ini sebagai representasi militer-birokrasi menargetkan penyelesaian. Inilah bukti pembangunan bisa melampaui rivalitas elektoral,” tegas Fredi Moses Ulemlem.

Dari Marhaenisme ke Birokrasi.

1. Megawati (2001–2004, PDIP) → Pemberi gagasan. PDIP melalui Megawati, yang berakar pada tradisi nasionalis sipil ala GmnI dan marhaenisme, memberi gagasan awal JLS. Pada fase ini, JLS masih berupa konsepsi ideologis: mengoreksi ketimpangan pembangunan utara–selatan Jawa.

2. SBY (2004–2014, Demokrat) → Memulai pengerjaan. Demokrat mewakili nasionalis militer-birokrasi. SBY memulai pembangunan JLS dalam kerangka birokrasi yang sistematis. Inilah fase birokrat bekerja—menyusun anggaran, menggerakkan proyek, meski dengan tempo lambat.

3. Jokowi (2014–2024, PDIP) → Mempercepat realisasi. Jokowi, sebagai Presiden dari PDIP, melanjutkan tradisi nasionalis sipil–marhaen. Dengan gaya “kerja sat set”, Jokowi mempercepat pembangunan JLS. Fase ini adalah pembuktian nyata PDIP sebagai representasi nasionalis sipil Marhaenisme yang mengedepankan keadilan sosial melalui percepatan kerja nyata.

4. Prabowo (2024–sekarang, Gerindra) → Menargetkan penyelesaian. Gerindra mengambil posisi nasionalis militer-birokrasi. Prabowo menargetkan penyelesaian JLS secara tuntas, dengan pendekatan birokratis–administratif yang ketat. Fokus utamanya adalah memastikan proyek ini selesai sebagai legacy pemerintahannya.

Bagi Fredi Moses Ulemlem, JLS adalah ironi politik elektoral. Sementara para elit saling bertarung di kotak suara, rakyat di selatan Jawa melihat jalan mereka akhirnya dibangun secara berkelanjutan.

“JLS ini seakan menertawakan rivalitas elektoral. Dari sipil sampai militer-birokrasi, semua akhirnya harus tunduk pada kebutuhan rakyat. Itulah wajah nasionalisme Indonesia yang sesungguhnya,” ungkap Fredi.

Pada akhirnya, JLS bukan sekadar beton dan aspal. Ia adalah jalan persatuan, sebuah laboratorium politik kebangsaan, tempat marhaenisme dan birokrasi militer saling silang, tapi tidak saling meniadakan. (By/Red)

Continue Reading

Papua

Jemima Elisabeth Windesi Resmi Jabat Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Sorong

Published

on

Kota Sorong, PBD – Dalam sebuah prosesi serah terima jabatan yang penuh kehangatan dan tanggung jawab, Jemima Elisabeth Windesi Lobat, S.KM, M.AP resmi ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kota Sorong menggantikan Hermanus Kalasuat, SST, MM yang telah menyelesaikan masa tugasnya selama hampir 8 tahun.

Acara ini berlangsung di lingkungan kantor Dinas Kesehatan Kota Sorong, Jln, jendral Sudirman, Kelurahan Malawei distrik Sorong Manoi, kota Sorong provinsi Papua Barat daya, Senin (8/9/25).

Serah terima jabatan ini turut dihadiri oleh berbagai pihak, mulai dari pejabat struktural, kepala puskesmas, direktur rumah sakit pemerintah dan swasta, hingga unsur Pemerintah Kota Sorong yang diwakili oleh PLT Sekda, Rudy Laku, S.Pi.

Dalam sambutannya, Jemima Elisabeth mengungkapkan rasa terima kasih atas kepercayaan yang diberikan dan komitmennya untuk menjalankan amanah ini dengan sepenuh hati.

“Saya akan terus menjalin komunikasi dan sinergi, termasuk tetap meminta bimbingan dari Bapak Hermanus. Tugas ini adalah amanah, dan saya tidak akan berjalan sendiri. Bersama tim dan mitra kesehatan, kita akan terus bekerja membangun kesehatan masyarakat,” ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa keberlanjutan program yang telah dijalankan selama ini akan menjadi prioritas, dengan fokus utama pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat, terutama ibu dan anak.

Serah terima jabatan ini juga ditandai dengan penyerahan dokumen penting sebagai bagian dari memori jabatan. Dokumen tersebut meliputi:

– Data pegawai di lingkup Dinas Kesehatan Kota Sorong.

– Jumlah tenaga kesehatan di seluruh Puskesmas.

– Inventaris sarana dan prasarana.

– Laporan keuangan dinas.

– Dan berkas-berkas lainnya.

PLT Sekda Kota Sorong, Rudy Laku dalam arahannya menegaskan pentingnya kesinambungan dalam pelayanan dan program kesehatan.

Ia menyampaikan penghargaan atas dedikasi Hermanus Kalasuat dan berharap kepemimpinan baru akan mampu menjawab tantangan dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Kota Sorong.

“Kami percaya Ibu Jemima dapat menjalankan tugas ini dengan baik. Sinergi antara puskesmas, rumah sakit, dan seluruh stakeholder harus dijaga untuk menjawab kebutuhan masyarakat di sektor kesehatan,” ujar Rudy.

Ia juga mengajak seluruh jajaran Dinas Kesehatan untuk mendukung kepemimpinan yang baru dan terus menjaga profesionalisme dalam pelayanan kepada masyarakat.

Serah terima jabatan ini menjadi momentum penting dalam transisi kepemimpinan yang tetap berlandaskan kolaborasi, dedikasi, dan tanggung jawab bersama demi kesehatan Kota Sorong yang lebih baik. (Timo)

Continue Reading

Papua

Dua Tokoh Kunci OPM Kembali ke Pangkuan NKRI, Tanda Damai dari Tanah Maybrat

Published

on

Maybrat, (8/9/25) – Sebuah langkah monumental menuju perdamaian dan stabilitas di wilayah Papua Barat Daya terjadi hari ini, ketika dua tokoh yang sebelumnya terlibat dalam gerakan separatisme menyatakan ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kegiatan ini berlangsung di Makodim 1809/Maybrat, Kampung Mefkanjim II, Distrik Ayamaru, Kabupaten Maybrat.

Hendrik Kawen, yang sebelumnya masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) atas penyerangan Posramil Kisor dan menjabat sebagai Wakil Komandan Batalyon Karef Hamid, serta Ekolandos Sakof alias Bule, mantan Ketua KNPB Sektor Siwa Wilayah Aisa Raya sekaligus simpatisan Organisasi Papua Merdeka (OPM), secara terbuka mencium bendera Merah Putih dan menandatangani surat ikrar setia kepada NKRI.

Acara ini dipimpin langsung oleh Komandan Kodim 1809/Maybrat, Letkol Inf. Afrianto Doly, S.M., M.Si., dan turut dihadiri oleh Wakil Bupati Maybrat Fernando Solosa, SE, beserta sejumlah tokoh penting dari TNI, BIN, tokoh agama, dan perwakilan Pemda.

Total sekitar 20 orang hadir menyaksikan momen penuh haru dan sejarah ini.

Dalam sambutannya, Wakil Bupati Maybrat menyampaikan apresiasi yang tinggi atas keberanian dan kesadaran dari kedua individu tersebut untuk kembali ke jalan kebangsaan.

“Ikrar ini adalah kesempatan bagi saudara-saudara kita untuk kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, meneguhkan kesetiaan kepada NKRI, serta melepaskan diri dari segala bentuk simpatisan terhadap OPM,” ujar Fernando Solosa.

“Kami, Pemerintah Kabupaten Maybrat, siap memfasilitasi reintegrasi sosial dan pemberdayaan agar mereka dapat hidup secara normal dan ikut membangun daerah ini,” lanjutnya.

Salah satu simbol paling menyentuh dari kegiatan ini adalah momen ketika Hendrik Kawen dan Ekolandos Sakof mencium Sang Saka Merah Putih—sebuah gestur simbolik yang menyatakan ketulusan hati untuk kembali kepada NKRI.

Proses pengucapan ikrar berlangsung khidmat dan disaksikan oleh seluruh tamu undangan.

Pemerintah daerah bekerja sama dengan TNI dan aparat keamanan telah menyusun langkah-langkah lanjutan berupa pemeriksaan kesehatan, pembinaan ideologi Pancasila, serta pelatihan ekonomi produktif guna mendukung integrasi mereka ke masyarakat.

Profil Singkat:

– Hendrik Kawen, lahir di Kisor pada 20 Februari 1987, berusia 38 tahun, merupakan warga Suku Aifat dan sebelumnya tidak memiliki pekerjaan tetap. Ia tercatat sebagai Wakil Komandan dalam kelompok bersenjata yang menyerang Posramil Kisor.

– Ekolandos Sakof, lahir di Teminabuan pada 13 Oktober 1998, berusia 27 tahun, adalah seorang petani dari Kampung Aikrer, Distrik Aifat Timur. Ia pernah menjabat sebagai Ketua KNPB Sektor Siwa Wilayah Aisa Raya pada 2018–2019.

Kegiatan ikrar ini menjadi bukti nyata bahwa pintu maaf dan rekonsiliasi dari negara selalu terbuka bagi siapa pun yang bersedia kembali.

Momentum ini diharapkan menjadi contoh bagi anggota atau simpatisan kelompok separatis lainnya untuk mengikuti langkah serupa demi masa depan Papua yang damai dan sejahtera dalam bingkai NKRI.

Dengan ikrar setia dari Hendrik Kawen dan Ekolandos Sakof, Kodim 1809/Maybrat dan Pemerintah Kabupaten Maybrat menunjukkan komitmennya dalam merangkul semua elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga keutuhan bangsa dan mempercepat pembangunan di Bumi Aifat. (Timo)

NKRI Harga Mati. Papua Barat Daya Bagian dari Indonesia

Continue Reading

Trending