Connect with us

Jakarta

Yonif 2 Marinir Siap Mendidik Mental Dan Karakter Siswa Gapura Panca Waluya Batch VI

Published

on

Jakarta— Gubernur Jawa Barat H. Dedi Mulyadi, S.H., M.M. secara resmi membuka Pendidikan Gapura Panca Waluya Batch IV yang lapangan Brigade Infanteri 1 Marinir dengan penuh semangat dan kebanggaan.

Kegiatan ini merupakan program pembentukan karakter, kedisiplinan, dan wawasan kebangsaan bagi para siswa terpilih dari berbagai sekolah di wilayah Jawa Barat yang akan diselenggarakan di lingkungan Yonif 2 Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (21/10/2025).

Kegiatan pembukaan dihadiri langsung oleh Kepala Staff Korps Marinir Mayjen TNI (Mar.) Muhammad Nadir, M.Tr.Opsla. dan berlangsung dengan khidmat dan penuh semangat, ditandai dengan penyematan tanda peserta secara simbolis kepada perwakilan siswa Gapura Panca Waluya Batch IV oleh Gubernur Jawa Barat, disaksikan oleh Forkopimda, pejabat utama Koprs Marinir, dan para pelatih dari Yonif 2 Marinir.

Dalam sambutannya, Gubernur Jawa Barat H. Dedi Mulyadi, S.H., M.M. menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi salah satu wujud nyata sinergi antara pemerintah daerah dan TNI Angkatan Laut dalam membentuk generasi muda yang tangguh, bermental baja, serta memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi.

“Melalui pendidikan Gapura Panca Waluya ini, kami berharap para siswa dapat belajar disiplin, kerja sama, dan kepemimpinan. Nilai-nilai ini penting untuk membangun masa depan bangsa,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut Komandan Batalyon Infanteri 2 Marinir Letkol Marinir Helilintar Setiojoyo Laksono. S.E. sebagai Pimpinan Latihan menyampaikan “kesiapan jajarannya dalam melatih dan membina para peserta agar memiliki karakter kuat serta semangat pantang menyerah.

“Prajurit Pasopati siap memberikan pembekalan terbaik, tidak hanya dalam hal kedisiplinan dan fisik, tetapi juga dalam membangun jiwa nasionalisme serta kepribadian yang berakhlak mulia,” tegas Danyonif 2 Mar. (Timo)

Jakarta

Pelatih Andalan Yonif 2 Marinir Berikan Materi Meniti Tali dan Dayung Perahu Karet kepada Siswa-Siswi KKRI Gelombang 3

Published

on

Jakarta— Pelatih andalan Yonif 2 Marinir kembali menunjukkan dedikasi dan profesionalismenya dalam membina generasi muda. Kali ini, para pelatih memberikan bekal ilmu dan keterampilan kepada siswa-siswi KKRI (Korps Kadet Republik Indonesia) Gelombang 3 melalui materi meniti tali dan dayung perahu karet yang digelar pada rangkaian kegiatan persami yang bertempat di kolam resapan Ksatrian Marinir Hartono, Cilandak, Jakarta Selatan, Minggu (07/12/2025).

Kegiatan ini bertujuan menanamkan keberanian, ketangkasan, serta jiwa kebersamaan kepada para peserta.

Dalam latihan meniti tali, para siswa-siswi diajarkan teknik dasar keseimbangan, penggunaan perlengkapan dengan aman, serta cara menghadapi rasa takut di ketinggian.

Para pelatih Yonif 2 Marinir memberikan contoh langsung disertai pendampingan ketat untuk memastikan keselamatan peserta.

Tidak hanya itu, materi dayung perahu karet turut menjadi momen yang sangat diminati para siswa.

Mereka diperkenalkan pada teknik mendayung, pembagian peran dalam satu tim, hingga cara menjaga kekompakan saat mengendalikan perahu di perairan.

Suasana latihan berlangsung penuh semangat dan antusias, terlihat dari keberanian siswa-siswi dalam mencoba setiap instruksi yang diberikan.

Pada kesempatan tersebut Komandan Batalyon Infanteri 2 Marinir, Letkol Marinir Helilintar Setiojoyo Laksono, S.E., menyampaikan apresiasi terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.

“Bahwa pembinaan kepada generasi muda adalah bagian dari kontribusi positif satuan terhadap lingkungan sekitar” ujarnya. (Timo)

Continue Reading

Jakarta

Danyonif 14 Marinir Resmi Tutup Persami Siswa-Siswi KKRI Gelombang 3

Published

on

Jakarta— Komandan Batalyon Infanteri 14 Marinir, Letkol Mar Letkol Marinir Agus Mutaqim, S.E., M.Tr.Opsla.,., secara resmi menutup kegiatan Perkemahan Sabtu-Minggu (Persami) Siswa-Siswi KKRI Gelombang 3 yang di bawah naungan pelatih Yonif 2 Marinir yang bertempatan di Lapangan Apel Brigade Infanteri 1 Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan, Minggu (07/12/2025).

Dalam sebuah upacara yang berlangsung khidmat dan penuh semangat, Kegiatan Persami yang digelar selama dua hari tersebut merupakan bagian dari pembinaan karakter, kedisiplinan, dan peningkatan wawasan kebangsaan bagi para siswa-siswi KKRI.

Selama kegiatan, para peserta menerima berbagai materi, mulai dari teknik baris-berbaris, jungle survival, pioner, hingga kegiatan permainan edukatif yang dirancang untuk memperkuat kerja sama dan jiwa kepemimpinan.

Pada kesempatan tersebut Danyonif 14 Marinir Letkol Marinir Agus Mutaqim, S.E., M.Tr.Opsla., menyampaikan apresiasi atas antusiasme para peserta serta dedikasi para pembina yang telah mengawal kegiatan berjalan aman dan lancar.

“Persami bukan hanya tentang berkemah, tetapi tentang membentuk karakter generasi muda yang disiplin, berani, dan memiliki rasa tanggung jawab. Saya berharap pengalaman yang didapat selama kegiatan ini menjadi bekal berharga dalam kehidupan sehari-hari,” tegasnya. (Timo)

Continue Reading

Jakarta

Drama Pewayangan Nusantara yang Berulang: Megawati, Said Abdullah, dan Siasat Sang Penguasa

Published

on

Jakarta— Di panggung besar politik Indonesia tempat cahaya kekuasaan menari bersama bayang-bayang sejarah nama Megawati Soekarnoputri kembali mengguncang gelanggang.

Di tengah guncangan internal PDI Perjuangan pasca kekalahan pemilu, Megawati tampil sebagai sosok yang menatap jauh ke lorong sejarah, ke ruang tempat gema leluhur dan siasat para raja silam masih berbisik.

Dalam langkah para elite yang sunyi, bayangan Majapahit seakan bangkit lagi. Tujuh abad silam, ketika Singhasari runtuh dan pasukan Mongol mengancam Jawa, Raden Wijaya tidak berlari ke pusat kekuasaan. Ia justru bergerak ke timur, ke tanah Madura wilayah yang sejak dahulu memegang teguh kesetiaan.

Di sanalah Arya Wiraraja, penguasa Madura yang berwibawa, membuka perlindungan dan menawarkan strategi. Dari aliansi itulah:

  • siaga melawan Mongol tersusun matang,
  • kekacauan dapat dipatahkan,
  • dan Majapahit bangkit menjadi imperium terbesar Nusantara.

Sejarah pun mencatat satu pesan penting: kekuatan yang kerap dianggap pinggiran justru sering menjadi fondasi kebangkitan.

Kini, babak serupa seolah kembali berulang. PDI Perjuangan merosot pamornya; barisan internal merenggang; elite mudanya saling mencurigai; dan struktur partai berguncang diterpa arus perubahan.

Dalam gemuruh ketidakpastian itu, Megawati menoleh pada figur yang selama ini jarang berdiri di garis depan panggung nasional, namun pengaruhnya di akar rumput tak pernah diragukan: Said Abdullah.

Said bukan sekadar kader senior. Ia adalah:

  • penjaga jaringan politik Jawa Timur–Madura,
  • figur yang dekat dengan kiai, tokoh adat, dan masyarakat bawah,
  • organisator yang mampu menggerakkan massa secara solid,
  • serta sosok yang tak pernah bersinggungan konflik dengan keluarga inti PDI Perjuangan.

Dalam bahasa pewayangan, Said bukan ksatria yang mengayun senjata di tengah gelanggang, melainkan senopati penjaga gerbang kerajaan pilar yang tetap kokoh ketika istana retak dari dalam.

Siasat sejarah memang tak pernah mati. Ketika pusat kekuasaan melemah, Raden Wijaya membangun kekuatan dari timur.

Ketika Majapahit terancam, keputusan menggandeng Madura justru menjadi titik awal kejayaan baru.

Hari ini, Megawati seakan mengikuti pola yang sama: menguatkan poros timur sebagai sandaran kebangkitan.

Madura hadir kembali, bukan sebatas wilayah, tetapi sebagai simbol kesetiaan politik tanah yang dalam lintasan sejarah berkali-kali menjadi tempat kerajaan bangkit dari keterpurukan.

Sejarah adalah gamelan yang dentingnya tak pernah padam. Maka keputusan Megawati merapatkan langkah kepada Said Abdullah membentuk pertalian dua lakon:

  • ratu tua penjaga warisan, dan
  • senopati timur pemikul kesetiaan.

Pewayangan Nusantara berpesan:

  • Saat istana retak, carilah pilar dari tanah yang tak mengenal pengkhianatan.
  • Saat para pewaris saling berebut mahkota, sandarkan diri pada sosok yang tetap teguh.
  • Saat masa depan gelap, dengarkan kembali mantra siasat para leluhur.

Dan di situlah sejarah berputar, lakon kembali menyatu: Megawati dan Said Abdullah, Raden Wijaya dan Arya Wiraraja. Dua zaman, dua tokoh, satu pola agung: siasat tak pernah mati. (By/Red)

Oleh: Suga Ayip JBT Kriwul, Pengamat Budaya Politik Nusantara

Continue Reading

Trending