Nasional
Ratusan Kyai di Tulungagung Dukung Kemenangan Prabowo – Gibran Menang 1 Putaran

Tulungagung, 90detik.com- Ratusan kyai se- Tulungagung mendeklarasikan dukungan mereka untuk kemenangan pasangan calon presiden dan wakil presiden, Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka, Jumat(9/2).
Deklarasi ini dilangsungkan di Pesantren Nurul Ulum, Desa Bendiljati Kulon, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung.
Kyai Imam Hambali, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ulum, menyatakan bahwa tujuan dari deklarasi ini adalah untuk memberikan dukungan pada Prabowo – Gibran sebagai pemimpin yang diharapkan dapat memberikan kebaikan dan kemajuan bagi masyarakat Indonesia.
“Pasangan ini memiliki visi dan misi yang sejalan dengan nilai-nilai keagamaan dan keadilan sosial”, jelasnya.
Selain itu, Gus Thoha Maksum, Pengasuh Pondok Pampang, juga berpendapat bahwa Prabowo – Gibran akan mampu memenangkan pemilu dalam satu putaran.
Menurutnya, pasangan ini memiliki popularitas yang cukup tinggi di Tulungagung dan masyarakat sangat antusias untuk mendukung mereka.
Dalam sambutannya, para kyai juga menyampaikan harapan agar pasangan ini dapat mengatasi berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat, seperti kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan sosial.
“Kami berharap bahwa Prabowo – Gibran akan mampu menjalankan kepemimpinan yang adil, bijaksana, dan mengutamakan kepentingan rakyat”, ujarnya, Sabtu(10/2).
Deklarasi ini menunjukkan kesatuan dan kekompakan kyai se Tulungagung dalam mendukung pasangan Prabowo – Gibran.
“Kami berkomitmen untuk berjuang bersama demi kemenangan pasangan ini dan berharap agar Indonesia bisa lebih sejahtera di masa mendatang”, harapnya. (Red)
Nasional
Ribuan Santri Kepung Pendopo Tulungagung, Protes Tayangan Trans7 yang Dinilai Memojokkan Pesantren

TULUNGAGUNG — Ribuan santri dari berbagai pesantren di Kabupaten Tulungagung memadati kawasan Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso, Selasa (21/10/2025), dalam aksi damai menanggapi tayangan televisi nasional yang dinilai menyudutkan dunia pesantren.
Aksi dimulai dengan munajat dan doa bersama yang dipimpin langsung oleh Ketua PCNU Tulungagung, KH. Dr. Bagus Ahmadi, sebagai bentuk keprihatinan serta seruan spiritual terhadap narasi pemberitaan yang dianggap tidak adil dan berpotensi menyesatkan.
Usai doa bersama, massa santri bergerak menuju Gedung DPRD Tulungagung untuk menyampaikan aspirasi secara langsung.
Penyampaian aspirasi dipimpin oleh KH. Nasikudin Alwy, Ketua HIMASAL Tulungagung.
Dalam keterangannya kepada media, Kiai Toha Maksum, SH., MPd., Adv., dari Divisi Hukum Waskita, menegaskan bahwa doa tersebut ditujukan untuk semua pihak khususnya mereka yang belum memahami kehidupan dan nilai-nilai pesantren.
“Kami berdoa agar mereka yang belum paham pesantren mendapat hidayah dan kesadaran dari Allah SWT,” ujar Kiai Toha di hadapan ratusan santri dan awak media.
Aksi ini menyoroti tayangan salah satu program di Trans7, yang menurut para peserta aksi, telah menampilkan framing negatif terhadap kehidupan pesantren.
“Tayangan itu tidak merepresentasikan kehidupan pesantren yang sebenarnya. Ada upaya membentuk persepsi keliru di masyarakat,” tegas Kiai Toha yang juga pengasuh Ponpes Pampang Kamulyan Pakel.
Tak hanya itu, pihaknya juga memberi kesempatan dialog dan klarifikasi kepada pihak Trans7. Namun jika tidak ada itikad baik, langkah hukum akan dipertimbangkan.
“Kami menempuh jalur persuasif lebih dulu. Tapi jika tidak ada klarifikasi resmi, langkah hukum bisa kami ambil,” tegasnya.
Meski jumlah santri di Tulungagung mencapai lebih dari 70 ribu orang, aksi ini hanya dihadiri sekitar seribu santri sebagai bentuk simbol keterwakilan dari seluruh pesantren yang merasa terdampak oleh tayangan tersebut.
Aksi berlangsung tertib dan damai, serta diakhiri dengan penyampaian aspirasi secara resmi kepada DPRD Tulungagung.
Para santri membubarkan diri dengan tetap menjaga ketertiban dan menunjukkan nilai-nilai kesantunan khas pesantren. (DON/Red)
Editor: Joko Prasetyo
Jawa Timur
Meski Trans7 Minta Maaf, Waskita Bersikukuh Tuntut Pencabutan Hak Siar

TULUNGAGUNG- Langkah permintaan maaf yang telah dilakukan oleh pihak Trans7 atas tayangan yang menyinggung Pondok Pesantren Lirboyo ternyata belum cukup meredam amarah komunitas pesantren.
Salah satunya datang dari komunitas Waskita Wahana Silaturahmi Kyai Tulungagung (Waskita) yang dipimpin KH.Anang Muhsin yang akrab disapa Gus Anang, secara resmi menyatakan bahwa tiga tuntutan awal mereka tetap berlaku dan harus dipenuhi.
Dalam pernyataan sikapnya yang dikeluarkan pada Minggu( 19/10) malam, Waskita menegaskan bahwa meskipun Trans7 telah meminta maaf, langkah tersebut dinilai belum memadai dan belum menyentuh substansi persoalan.
“Permintaan maaf yang disampaikan Trans7 kami apresiasi sebagai langkah awal. Namun, hal itu tidak serta merta menghapus dampak negatif dan provokatif yang telah menyebar luas di masyarakat. Oleh karena itu, tiga tuntutan kami tetap berdiri dan harus ditindaklanjuti,” tegas Gus Toha selaku penasihat hukum Waskita, saat dihubungi awak media pada Senin (20/10).
Pernyataan sikap tersebut mempertegas kembali tiga tuntutan yang sebelumnya telah digulirkan:
1. Boikot terhadap seluruh tayangan Trans7 oleh masyarakat.
2. Permintaan maaf resmi dari pimpinan dan pemilik Trans7 kepada Pengasuh Ponpes Lirboyo dan seluruh pesantren se-Indonesia.
3. Pencabutan hak siar Trans7 sebagai bentuk pertanggungjawaban ultimate.
Waskita menilai tayangan tersebut bukan hanya sekadar kesalahan editorial, tetapi telah melukai martabat dan merusak nama baik institusi pesantren yang telah berjasa membangun karakter bangsa.
Menurut Gus Hahibi selaku ketua RMI (Robitoh Makhad Islamiyah) Pencabutan hak siar dinilai sebagai konsekuensi logis untuk menciptakan efek jera dan menjaga marwah pendidikan pesantren di masa depan.
Dari ketiga tuntutan itu, poin pencabutan hak siar muncul sebagai tuntutan paling keras dan menjadi perhatian utama.
Pihak Waskita menjelaskan bahwa lembaga penyiaran yang telah terbukti melakukan pelanggaran serius terhadap etika dan nilai-nilai agama harus memikul tanggung jawab yang setimpal.
“Kami tidak main-main dengan tuntutan ini. Pencabutan hak siar adalah wujud dari perlawanan terhadap sistematis yang mendiskreditkan pesantren. Kami akan terus menggalang dukungan hingga tuntutan ini didengar oleh pihak yang berwenang,” tambah salah satu perwakilan Waskita.
Dengan pernyataan sikap ini, polemik diperkirakan akan memasuki babak baru. Tekanan terhadap Trans7 tidak akan mereda dan akan terus berlanjut, atas tayangan tersebut. (DON/Red)
Editor: Joko Prasetyo
Nasional
Ratusan Pengasuh Ponpes di Tulungagung, Tuntut Permintaan Maaf Dugaan Pencemaran Nama Baik Lirboyo

TULUNGAGUNG- Ratusan pengasuh pondok pesantren di Kabupaten Tulungagung yang tergabung dalam Wahana Silaturahmi Kiyai Tulungagung (WASKITA) secara tegas menyatakan sikap menolak segala bentuk pencemaran nama baik terhadap dunia pesantren.
Mereka menghimbau masyarakat, khususnya kalangan santri dan alumni pesantren, untuk mendukung gerakan boikot terhadap Trans 7, yang dinilai telah mencemarkan nama baik Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, dalam salah satu program acaranya.
Pengasuh Pondok Pesantren Pampang, K.H. Toha Maksum, SH.M.Pd.ADV, dalam pernyataannya menyampaikan bahwa tindakan Trans 7 dianggap telah menyakiti hati para santri dan kiai se-Indonesia.
“Ini bukan sekadar soal Lirboyo, ini soal marwah pesantren secara keseluruhan. Trans 7 harus bertanggung jawab atas konten yang mencemarkan nama baik lembaga yang telah berjasa besar dalam pendidikan moral bangsa,” tegasnya.
Tak hanya menuntut permintaan maaf secara terbuka kepada Pondok Pesantren Lirboyo, para pengasuh pondok yang tergabung dalam Waskita juga mendesak agar Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) segera mencabut hak siar Trans 7 apabila tidak ada itikad baik dari pihak stasiun televisi tersebut.
“Kami meminta Trans7 menyampaikan permintaan maaf secara resmi, tidak hanya kepada Lirboyo, tetapi juga kepada seluruh pesantren di Indonesia. Jika tidak, kami akan terus mendorong boikot dan menempuh langkah hukum dan kode etik yang berlaku,” imbuhnya.
Gelombang protes dari para ulama dan tokoh pesantren di Tulungagung ini menjadi sinyal kuat bahwa pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan, tetapi juga benteng moral yang akan bersuara keras saat dihina atau disudutkan. (DON/Red)
Editor: Joko Prasetyo
- Nasional2 minggu ago
APBD Jebol untuk Gaji Pegawai, Jalan Rusak di Tulungagung Jadi Anak Tiri
- Nasional1 minggu ago
Gizi atau Cemari?, MBG untuk Anak TK Tuai Kecaman di Tulungagung
- Nasional5 hari ago
Keracunan Siswa di Tulungagung, LMP Desak Penghentian Sementara Total Program MBG
- Nasional2 minggu ago
Misteri Miliaran Rupiah, PPJ Disetor Rakyat, Jalan Tetap Gelap; Apakah Ada Tabir di BPKAD Tulungagung ?
- Nasional2 minggu ago
Dua Orang di Tulungagung Dipukuli Usai Tolak Pemalakan, Aksi Brutal Terekam CCTV
- Nasional1 minggu ago
Mencoreng Citra Program Gizi, MBG Berujung Petaka, Puluhan Siswa di Tulungagung Keracunan
- Nasional3 minggu ago
Usai KPK OTT Hibah Jatim, Aktivis Peringatkan “Prabowo Subianto Big Projects” Rawan Korupsi
- Nasional2 minggu ago
Bakar Ban dan Hentakkan Orasi, Massa Pejuang Gayatri Tuntut Bupati Tegas Urusan Korupsi Pendidikan dan Tambang Ilegal