Connect with us

Redaksi

Matangkan Debat Ketiga , KPU Kabupaten Blitar Bakal Ambil Langkah Ini 

Published

on

BLITAR,- Persiapan debat publik ketiga Pilkada Kabupaten Blitar yang akan dilaksanakan pada 18 November mendatang semakin matang.

Ketua KPU Kabupaten Blitar, Sugino, mengungkapkan sejumlah informasi penting terkait jalannya debat, mulai dari koordinasi dengan narahubung (LO) masing-masing pasangan calon (Paslon) hingga evaluasi untuk menghindari insiden serupa pada debat sebelumnya.

Dengan penekanan pada ketegasan aturan dan persiapan teknis yang matang, Sugino berharap debat kali ini dapat berjalan lebih tertib dan lancar, memberikan gambaran yang jelas bagi pemilih dalam menentukan pilihannya.

“Untuk memastikan format debat, masih perlu koordinasi dengan pihak provinsi, dan keputusan finalnya akan dibahas dalam rapat pleno,” kata Sugino, pada (13/11) di Kantor KPU Kabupaten Blitar, Jalan Raya Jurang Menjing, kecamatan Garum.

Sugino juga menjelaskan bahwa materi debat ketiga akan mirip dengan debat pertama dan kedua, mengacu pada pedoman PKPU Nomor 13 tahun 2016 serta petunjuk teknis kampanye. Pihak KPU telah memaparkan rancangan format dan tata tertib debat kepada para LO.

“Semua aturan sudah tertuang dalam PKPU-13 dan petunjuk teknis kampanye, dan kami telah merumuskan format debat bersama LO,” ujarnya.

Menanggapi insiden dalam debat kedua yang melibatkan penggunaan catatan oleh peserta, Sugino menegaskan bahwa KPU akan lebih tegas dalam debat kali ini. Meskipun ada permintaan khusus dari beberapa LO, ia menegaskan, tetap mengikuti aturan yang ada, dan keputusan final harus diputuskan dalam rapat pleno.

Sugino menambahkan bahwa meskipun masukan dari berbagai pihak akan dipertimbangkan, keputusan akhir tetap akan mengikuti aturan yang sudah ditetapkan.

Terkait pemilihan lokasi debat, Sugino menyampaikan bahwa pihak KPU sedang mempertimbangkan apakah debat akan diadakan di tingkat lokal atau provinsi.

“Kami menerima masukan dari masing-masing LO mengenai lokasi, dan sedang mengkaji faktor-faktor seperti keamanan dan representativitas tempat di kabupaten. Kami juga akan terus berkoordinasi dengan provinsi,” ujarnya.

Mengenai kritik publik terhadap pelaksanaan debat kedua yang dinilai kurang tegas, Sugino mengakui bahwa kesuksesan debat bukan hanya tanggung jawab KPU, tetapi juga melibatkan komitmen tim dari masing-masing pasangan calon.

“Kesuksesan debat bukan hanya tugas KPU, tapi juga membutuhkan dukungan dari tim kampanye calon. Kami akan bekerja semaksimal mungkin, namun dukungan semua pihak sangat diperlukan,” jelas Sugino.

Untuk menghindari kekacauan seperti yang terjadi pada debat kedua, Sugino mengungkapkan bahwa KPU telah melakukan evaluasi dan mungkin akan menerapkan aturan tambahan, termasuk mengenai jumlah pendukung yang diperbolehkan hadir dan peralatan yang dibawa ke ruang debat.

“Kami sudah menyampaikan informasi evaluasi kepada LO dan membahas batasan jumlah pendukung serta jenis peralatan yang boleh dibawa. Ini bagian dari upaya agar debat berjalan lebih tertib,” ungkap Sugino.

Sugino juga menanggapi pertanyaan terkait pelarangan penggunaan tablet oleh peserta debat. Ia menjelaskan bahwa aturan tersebut telah dibahas dengan LO, dan kesepakatan yang dicapai akan diterapkan selama tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.

“Kami sudah berdiskusi dengan LO mengenai hal ini, dan selama kesepakatan tidak melanggar aturan KPU kami akan memberikan pertimbangan,” katanya.

Sugino menegaskan bahwa keputusan terkait format dan tata tertib debat ketiga akan ditetapkan dalam rapat pleno setelah proses koordinasi selesai.

“Semua keputusan final akan dituangkan dalam tata tertib debat yang disepakati oleh seluruh pihak terkait, sehingga debat ketiga diharapkan dapat berjalan lebih baik dan lancar,” tutup Sugino.

(JK/Red)

Nasional

Media Sosial Ubah Wajah Dakwah, Wakil Ketua LD PWNU Jatim: Mereka Merupakan Pahlawan di Era Digital

Published

on

TULUNGAGUNG — Di tengah derasnya arus perubahan zaman, media sosial telah menghadirkan wajah baru dalam dunia dakwah.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Lembaga Dakwah PWNU Jawa Timur, KH. Imam Mawardi Ridlwan, saat menerima kunjungan silaturahmi dari redaksi 90detik.com pada Rabu (13/8/2025).

Menurut KH. Imam Mawardi Ridwan yang akrab di sapa Abah Imam, era digital telah membuka peluang bagi setiap individu untuk berdakwah melalui berbagai media.

“Kita semua pada dasarnya telah menjadi awak media. Dakwah tidak harus dilakukan melalui liputan resmi atau media konvensional seperti koran, majalah, atau jurnal. Media sosial telah memberi ruang seluas-luasnya untuk menyuarakan kebaikan,” jelasnya.

Abah Imam menekankan bahwa saat ini telah terjadi revolusi informasi yang turut mengubah cara berdakwah.

Melalui media sosial, setiap peristiwa sekecil apapun dapat diangkat dan dibagikan kepada publik.

Bahkan, kata beliau, dari sudut gang sempit hingga ruang kekuasaan yang megah kini dapat tersorot oleh “kamera rakyat”.

“Berdakwah di era modern bukan hanya soal syariah dan ibadah. Sekarang, itu juga menjelma menjadi suara amar makruf dan nahi mungkar yang disampaikan melalui media sosial,” tutur Abah Imam.

Meski demikian, ia mengingatkan bahwa menjadi bagian dari media baik formal maupun informal menuntut tanggung jawab besar.

Kejujuran dan etika menjadi syarat utama bagi siapa saja yang ingin menjadikan media sebagai sarana dakwah.

Ia juga menyoroti peran penting awak media dalam kehidupan sosial.

“Mereka adalah pembela kaum jelata, sekaligus penyeimbang di tengah ketimpangan sosial. Mereka harus mengadvokasi keadilan, menyuarakan kebaikan, dan meluruskan penyimpangan,” tambahnya.

Abah Imam menegaskan bahwa awak media sejatinya adalah mitra dalam berdakwah, bukan musuh.

Mereka hadir untuk membersamai masyarakat menanamkan nilai-nilai luhur dan membentuk kesadaran spiritual.

“Awak media sejati adalah mitra pembangunan. Mereka bukan sekadar mengkritik, tetapi juga menanamkan nilai. Mereka membentuk kader berkualitas yang kelak menjadi pemimpin berintegritas,” ujarnya menutup wawancara.

Di era digital yang serba cepat ini, Abah Imam mengingatkan agar awak media terus menjadi penjaga nurani publik, mengoreksi kebijakan yang dzalim, dan menyuarakan harapan di tengah keputusasaan. (Abd/Red)

Editor: Joko Prasetyo

Continue Reading

Redaksi

Prestasi Gemilang: SMKN 1 Rejotangan Sabet Medali Emas di LKS Nasional 2025

Published

on

JAKARTA — Satu lagi torehan prestasi membanggakan datang dari dunia pendidikan vokasi. SMKN 1 Rejotangan, melalui Program Keahlian Teknik Elektronika Industri, berhasil meraih medali emas dalam ajang Lomba Kompetensi Siswa (LKS) Pendidikan Menengah Tahun 2025 Tingkat Nasional yang digelar pada 29–31 Juli 2025 di SMKN 29 Jakarta.

Tak hanya sekadar kemenangan, capaian ini menjadi catatan bersejarah bagi Kabupaten Tulungagung.

Pasalnya, SMKN 1 Rejotangan merupakan satu-satunya sekolah perwakilan dari Tulungagung yang berhasil mewakili Provinsi Jawa Timur dalam ajang tingkat nasional tersebut.

Melampaui puluhan peserta dari seluruh Indonesia, mereka tampil sebagai yang terbaik di bidang Teknik Elektronika Industri.

Kepala SMKN 1 Rejotangan, Dr. Santika, S.Pi., M.Si., menyampaikan rasa syukur dan kebanggaannya atas keberhasilan anak didiknya.

Pihaknya menekankan bahwa pencapaian ini tak lepas dari kerja keras dan kolaborasi yang solid antara siswa, pembimbing, dan seluruh elemen sekolah.

“Medali emas ini merupakan hasil dedikasi luar biasa dari tim pembimbing, semangat juang siswa, serta dukungan penuh dari civitas akademika. Ini kemenangan untuk kita semua bukan hanya SMKN 1 Rejotangan, tetapi juga masyarakat Tulungagung dan Jawa Timur,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Tulungagung dan Trenggalek, Sindhu Widyabadra, mengungkapkan harapannya.

Dalam pernyataannya, ia memuji sinergi yang tercipta dalam lingkungan SMK tersebut dan berharap prestasi ini menjadi pemicu semangat bagi sekolah-sekolah lain.

“SMKN 1 Rejotangan telah menunjukkan bahwa sekolah di daerah pun mampu bersinar di tingkat nasional. Ini adalah bukti bahwa dengan kerja sama yang baik dan pembinaan yang tepat, hasil luar biasa bisa dicapai,” ungkapnya.

Dalam perlombaan, tim SMKN 1 Rejotangan memperlihatkan kemampuan teknis unggulan dalam elektronika industri, meliputi penguasaan pada aspek instalasi, pemrograman, hingga troubleshooting sistem embedded berbasis teknologi mutakhir.

Presentasi proyek yang inovatif serta ketepatan teknis mereka dinilai menonjol oleh para juri, menempatkan mereka sebagai juara pertama.

Sebagai salah satu ajang bergengsi nasional, LKS menjadi barometer kompetensi pelajar SMK sekaligus sarana memperkuat kualitas sumber daya manusia vokasi.

Kegiatan ini juga bertujuan untuk mempersiapkan lulusan yang siap kerja dan mampu bersaing di tingkat global.

Kemenangan ini menjadi momentum penting bagi SMKN 1 Rejotangan dalam membangun reputasi sebagai sekolah unggulan berbasis kejuruan, khususnya di bidang elektronika industri.

Lebih dari itu, prestasi ini diharapkan dapat memotivasi generasi pelajar berikutnya untuk terus berinovasi, berkompetisi, dan mengharumkan nama daerah melalui jalur pendidikan vokasi. (DON/Red)

Continue Reading

Redaksi

Pesantren Lansia di Kediri Ingatkan “Critical Eleven Time” Persiapan Menuju Akhirat  

Published

on

Foto, KH Imam Mawardi Ridlwan Pengasuh Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Al Azhaar bersama Dr. KH. Ali Arifin, Pengasuh Pesantren Sepuh Roudlotul Qur’an Selopanggung, Kediri.(dok/90detik.com).

KEDIRI, – Dr. KH. Ali Arifin, Pengasuh Pesantren Sepuh Roudlotul Qur’an Selopanggung, Kediri, menegaskan pentingnya lembaga khusus yang mempersiapkan manusia menghadapi kematian.

Menurutnya, fase krusial kehidupan ibarat “critical eleven time” dalam penerbangan, 6-11 menit terakhir pesawat sebelum mendarat ketika pramugari mengingatkan penumpang memakai sabuk pengaman.

Pernyataan ini disampaikan dalam pidato penutup Musyawarah Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Al Azhaar Tulungagung, yang dilaksanakan selama dua hari 11-12 Juli 2025.

“Bandara terakhir kita adalah kubur. Sayangnya, belum ada ‘pramugari spiritual’ yang cukup mengingatkan kita untuk mempersiapkan bekal saat memasuki masa kritis di ujung usia,” tegas pria yang akrab disapa Gus Fin.

Ia menjelaskan analogi lengkapnya: Seperti pesawat yang butuh 6-11 menit persiapan sebelum lepas landas, masa kecil hingga remaja adalah fase ‘pengamanan diri’ melalui lembaga pendidikan.

Namun, persiapan jelang ‘pendaratan’ (kematian, red) justru sering terabaikan.

Gus Fin menekankan, Pesantren Roudlotul Qur’an yang dipimpinnya hadir khusus memenuhi kebutuhan spiritual lansia dan pensiunan.

“Mereka yang masuk fase injury time tak boleh lagi santai. Dunia ini fatamorgana, wa mal-ḥayātud-dun-yā illā matā’ul-gurụr, sejatinya kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdayakan. Fokus utama adalah bekal praktis seperti bacaan salat wajib,” paparnya.

Ia mengkritisi minimnya lembaga yang berfungsi layak ‘announcement’, pramugari untuk fase akhir hidup.

“Selama ini kita punya TK hingga perguruan tinggi sebagai ‘persiapan lepas landas’. Tapi siapa yang memastikan ‘keseimbangan kursi’ dan ‘pengamanan sabuk’ kita saat hendak ‘mendarat’ di kubur?,“ ujarnya.

Acara yang digelar dua hari ini ditutup dengan penekanan Gus Fin tentang esensi pendidikan sepanjang hayat.

“Pendidikan bukan hanya untuk menjadi manusia sukses di dunia, tapi terutama untuk memastikan kita ‘selamat mendarat’,“ pungkasnya.(Red)

Editor: Joko Prasetyo

Continue Reading

Trending