Redaksi
Danrem 181/PVT Brigjen TNI Slamet Riadi Pimpin Serah Terima Jabatan Dandim 1805/Raja Ampat dan Tradisi Satuan

Sorong PBD — Dalam suasana khidmat dan penuh semangat pengabdian, Komandan Korem 181/Praja Vira Tama (PVT) Brigjen TNI Slamet Riadi, S.I.P., memimpin langsung acara Laporan Korps Serah Terima Jabatan Komandan Kodim 1805/Raja Ampat serta Tradisi Satuan Kepala Seksi Teritorial Kasrem 181/PVT, yang digelar di Lapangan Sasana Kusuma Bangsa (SKB) Korem 181/PVT, Sabtu (8/11/2025).
Turut mendampingi dalam kegiatan tersebut, Ketua Persit Koorcabrem 181 PD XVIII/Kasuari Ny. Rini Slamet Riadi, serta dihadiri para Kasi Kasrem, Dandim jajaran Korem 181/PVT, Kabalak Aju Kodam XVIII/Kasuari, pengurus Persit Kartika Chandra Kirana, dan seluruh prajurit Korem 181/PVT.
Dalam amanatnya, Brigjen TNI Slamet Riadi menegaskan bahwa pergantian pejabat dan mutasi personel di lingkungan TNI AD merupakan bagian dari sistem pembinaan satuan dan pembinaan karier personel yang dijalankan secara terencana dan berkesinambungan.
“Pergantian jabatan merupakan kebijakan pimpinan TNI AD dalam rangka promosi jabatan, sekaligus memberikan pengalaman dan tanggung jawab yang lebih luas kepada setiap prajurit. Ini adalah bagian dari dinamika organisasi yang sehat dan profesional,” tegas Danrem.
Pada kesempatan itu, Danrem 181/PVT menyampaikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Letkol Czi Tri Wibowo, yang telah menuntaskan masa jabatannya sebagai Komandan Kodim 1805/Raja Ampat, atas dedikasi, loyalitas, dan kinerja terbaik selama bertugas di wilayah Korem 181/PVT.
“Terima kasih atas pengabdian Letkol Czi Tri Wibowo dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok Korem 181/PVT. Begitu pula kepada Ibu Tri Wibowo, kami menyampaikan penghargaan atas kesetiaan dan perannya dalam Persit Kartika Chandra Kirana,” ucap Brigjen Slamet Riadi.
Letkol Czi Tri Wibowo selanjutnya akan mengemban amanah baru sebagai Wakazidam XVIII/Kasuari, dan diharapkan tetap membawa semangat pengabdian yang tinggi.
Sementara itu, jabatan Komandan Kodim 1805/Raja Ampat diserahkan kepada Letkol Inf Syahrul Usman, S.H., dan jabatan Kepala Seksi Teritorial Kasrem 181/PVT dipercayakan kepada Kolonel Arm Ari Priyudono, S.Sos., M.Tr.(Han).
Kepada para pejabat baru, Danrem berpesan untuk segera beradaptasi dengan lingkungan tugas dan melanjutkan capaian positif yang telah dirintis oleh pejabat sebelumnya.
“Saya berharap pejabat baru segera menyesuaikan diri dan meningkatkan kinerja satuan. Teruskan semangat pengabdian, dedikasi, dan loyalitas terhadap bangsa dan negara,” tutur Brigjen Slamet Riadi.
Dalam sambutannya, Danrem juga menekankan bahwa serah terima jabatan merupakan wujud kesinambungan kepemimpinan yang bertujuan menjaga dinamika organisasi serta memberikan penyegaran dalam pelaksanaan tugas.
“Setiap jabatan adalah amanah dan kepercayaan dari pimpinan. Proses ini harus dipahami sebagai bagian dari perjalanan karier dan pengabdian kepada rakyat, bangsa, dan negara,” ujarnya.
Acara yang berlangsung tertib dan penuh kekeluargaan itu ditutup dengan tradisi satuan serta ucapan selamat kepada pejabat lama dan baru, diiringi harapan agar semangat Praja Vira Tama tetap menyala di setiap langkah pengabdian.
Kegiatan ini mencerminkan komitmen Korem 181/PVT dalam membangun profesionalisme dan soliditas prajurit di wilayah Papua Barat Daya, sekaligus memperkuat semangat “Praja Vira Tama” sebagai prajurit tangguh, setia, dan berkarakter dalam mengabdi kepada bangsa dan negara.
(Tim/Red)
Redaksi
Kodam Kasuari Resmi tutup TMMD ke-126 : Bukti Nyata Kemanunggalan TNI dan Rakyat

Tambrauw PBD— Melalui TMMD, kita buktikan bahwa TNI senantiasa hadir di tengah-tengah rakyat, bekerja bersama rakyat, dan berjuang untuk kesejahteraan rakyat,” demikian inti pesan yang disampaikan Danrem 181/PVT, Brigjen TNI Slamet Riadi, S.I.P., saat menutup secara TMMD ke-126 Ta 2025, di Kampung Babak, Distrik Bamusbama, Kabupaten Tambrauw,(6/11).
Upacara penutupan yang berlangsung penuh khidmat ini juga menjadi momentum kebanggaan atas terjalinnya kemanunggalan antara TNI dan masyarakat dalam membangun wilayah perbatasan Papua Barat Daya.
Dalam suasana haru dan semangat kebersamaan yang kental, masyarakat Kampung Babak hadir dengan penuh antusias, menyaksikan hasil nyata dari kerja keras selama satu bulan pelaksanaan TMMD.
Jalan baru yang telah terbangun, fasilitas ibadah yang diperbaiki, dan sumur bor yang kini mengalirkan air bersih menjadi simbol perubahan dan wujud nyata sinergi antara TNI dan rakyat.
Pangdam melalui amanatnya menegaskan bahwa TMMD merupakan operasi bakti TNI yang dilaksanakan secara terpadu dan lintas sektoral, melibatkan berbagai instansi dan seluruh komponen masyarakat untuk mempercepat pembangunan di wilayah pedesaan, terutama daerah yang terpencil dan sulit dijangkau.
“Dengan semangat TMMD, kita mewujudkan pemerataan pembangunan dan ketahanan nasional di wilayah. Ini adalah tekad bersama untuk menghadirkan pembangunan yang berkeadilan sekaligus memperkokoh kemanunggalan TNI dan rakyat,” ujar Pangdam dalam amanatnya.
Selama 30 hari pelaksanaan, TMMD ke-126 berhasil menuntaskan berbagai program fisik dan nonfisik.
Sasaran fisik utama berupa pengecoran jalan sepanjang 275 meter telah selesai 100 persen, ditambah rehabilitasi satu unit gereja dan pembuatan satu unit sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat.
Selaku Inspektur Upacara, Danrem 181/PVT menyampaikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bupati Tambrauw, Forkopimda, dan seluruh masyarakat yang turut berperan dalam menyukseskan program ini Ia berpesan agar hasil pembangunan dirawat dengan baik dan semangat kebersamaan yang telah tumbuh selama TMMD dijaga sebagai modal sosial untuk memperkuat persatuan dan keamanan wilayah.
Melalui TMMD ini bukan hanya sebagai retorika saja akan tetapi menjadi simbol nyata keberhasilan sinergi antara TNI, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam membangun. Bukan hanya berupa hasil fisik, tetapi juga semangat kemanunggalan dan harapan baru bagi masyarakat Tambrauw. (Timo)
Redaksi
Antasari Azhar Tutup Usia, Semangat Marhaenisme Tetap Hidup di Hati Kader GMNI

Jakarta – Kabar duka menyelimuti keluarga besar Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2007–2009, H. Antasari Azhar, S.H., M.H., berpulang ke Rahmatullah pada Sabtu, 8 November 2025, pukul 10.57 WIB, di usia 72 tahun.
Almarhum lahir di Pangkalpinang, 18 Maret 1953. Semasa hidup, beliau dikenal sebagai sosok berintegritas tinggi, tegas, dan konsisten memperjuangkan nilai keadilan sosial.
Sebagai alumni GMNI, Antasari meninggalkan jejak perjuangan serta keteladanan yang mendalam bagi kalangan aktivis nasionalis di seluruh Indonesia.
Melalui unggahan resmi DPD PA GMNI Jakarta Raya, organisasi ini menyampaikan duka cita yang mendalam atas kepergian beliau:
“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Turut berduka cita atas berpulangnya H. Antasari Azhar. Semoga beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan serta kekuatan. Aamiin.”
Ucapan belasungkawa juga datang dari berbagai kalangan, termasuk junior sekaligus sahabatnya, Bung Bayu Sasongko, yang mengenang Antasari sebagai senior yang hangat dan penuh dedikasi.
“Selamat jalan, seniorku nan baik. Selamat beristirahat dalam keabadian, Bang. Maaf, adinda sedang di Kalimantan dan tidak bisa menghantarkan abang ke peristirahatan terakhir. Engkau tetap menjadi inspirasi bagi kami semua,” tulis Bayu dalam unggahan statusnya.
Kepergian Antasari Azhar menjadi kehilangan besar bagi bangsa dan gerakan mahasiswa nasionalis.
Sepanjang hidupnya, beliau dikenal teguh memperjuangkan kebenaran dan keberanian dalam memberantas korupsi, tanpa kompromi terhadap prinsip moral dan integritas.
Upacara persemayaman dilaksanakan di Les Belles Maisons E-10, sebelum jenazah diberangkatkan ke San Diego Hills Memorial Park untuk dimakamkan.
“Merdeka! Alumni GMNI, Jaya! Marhaen, Menang!”
Pekik semangat itu menggema mengiringi kepergian seorang pejuang integritas dan keadilan bangsa. (By/Red)
Redaksi
GMNI se-Nusantara Tolak Wacana Pemberian Gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto: “Mengkhianati Semangat Sumpah Pemuda dan Revolusi 1945”

Jakarta – Dalam momentum memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-98, para aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) se-Nusantara menyatakan penolakan tegas terhadap wacana pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada mantan Presiden Soeharto.
Melalui pernyataan resmi yang diterima redaksi, GMNI menilai bahwa langkah tersebut bukan hanya mencederai catatan sejarah bangsa, tetapi juga mengkhianati semangat Sumpah Pemuda, nilai-nilai Marhaenisme, serta cita-cita Revolusi 17 Agustus 1945.
GMNI menegaskan bahwa Sumpah Pemuda 1928 merupakan ikrar kesetaraan dan keadilan tanpa sekat suku, agama, dan golongan.
Namun, masa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto dinilai justru menorehkan luka mendalam melalui praktik-praktik seperti:
• Politik pecah belah (divide et impera) yang menimbulkan diskriminasi dan penindasan terhadap kelompok tertentu.
• Pembungkaman kebebasan berekspresi, termasuk pembredelan media dan penangkapan aktivis.
• Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang memperlebar jurang sosial dan ekonomi rakyat.
“Memberikan gelar pahlawan kepada tokoh di balik luka sejarah bangsa sama saja menginjak semangat persatuan yang diperjuangkan para pemuda 1928,” tulis GMNI dalam pernyataan sikapnya.
Menurut GMNI, Pancasila yang berjiwa Marhaenisme Soekarno mengandung prinsip keadilan sosial dan kerakyatan.
Namun, rezim Orde Baru dianggap telah menjadikan Pancasila sebagai alat legitimasi kekuasaan otoriter, bukan sebagai panduan moral bernegara.
Kebijakan ekonomi yang pro-konglomerat disebut telah meminggirkan rakyat kecil, sementara pelanggaran HAM berat seperti peristiwa 1965, Talangsari, Petrus, hingga kerusuhan Mei 1998 menjadi bukti pengingkaran terhadap nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
GMNI juga menilai bahwa rezim Soeharto gagal menjalankan amanat konstitusi untuk melindungi segenap bangsa dan memajukan kesejahteraan umum.
“Pembangunan ekonomi memang tumbuh di atas kertas, tetapi tidak menghadirkan kesejahteraan merata. Rakyat hidup dalam ketakutan, sementara kebebasan akademik dan berpikir dikekang,” tegas GMNI.
Bagi GMNI, Revolusi Kemerdekaan 1945 merupakan perjuangan melawan penindasan dan kekuasaan sewenang-wenang. Namun, Orde Baru justru melahirkan sistem kekuasaan sentralistik dan represif yang menciptakan bentuk baru “kolonialisme ekonomi” oleh segelintir elite.
“Menganugerahkan gelar pahlawan kepada Soeharto sama artinya dengan mengkhianati semangat kemerdekaan dan cita-cita rakyat yang diperjuangkan para pendiri bangsa,” tegas pernyataan itu.
Dalam pernyataan sikapnya, GMNI menyampaikan tiga tuntutan utama:
1. Kepada Pemerintah dan DPR RI: Menolak seluruh bentuk usulan pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto.
2. Kepada Masyarakat Indonesia: Menjaga semangat Sumpah Pemuda, Pancasila, dan Revolusi 1945 secara kritis dan objektif.
3. Kepada Negara: Menuntaskan pelanggaran HAM masa lalu sebagai bentuk tanggung jawab moral dan sejarah, bukan dengan mengangkat figur kontroversial menjadi pahlawan.
“Menghormati sejarah yang benar adalah bentuk pengabdian tertinggi pada bangsa,” tulis GMNI menutup pernyataannya.
Penandatangan Pernyataan Sikap
Pernyataan ini ditandatangani oleh puluhan cabang dan daerah GMNI di seluruh Indonesia, antara lain:
GMNI Jakarta Selatan, GMNI Sikka, GMNI Ciamis, DPD DKI, GMNI Ngada, GMNI Jakarta Timur, GMNI Kota Bekasi, GMNI Kefamenanu, GMNI Jakarta Barat, GMNI Jakarta Utara, DPD Lampung, GMNI Morowali, GMNI Buru, GMNI Buol, GMNI Mamasa, GMNI Langkat, GMNI Bangka Belitung, GMNI Kabupaten Serang, DPD GMNI Jawa Timur, GMNI se-Kalimantan Selatan, GMNI Surabaya, GMNI Sumatera Barat, GMNI Padang, GMNI Probolinggo, GMNI Malang, GMNI Bangkalan, GMNI Jombang, GMNI Kota Tangerang, GMNI Sumatera Utara, serta berbagai DPC di daerah lainnya.
Pernyataan diakhiri dengan seruan khas kader Marhaenis:
“Merdeka! GMNI Jaya! Marhaen Menang!” (By/Red)
Nasional5 hari agoProyek JUT Sobontoro Amburadul: Diduga Pokir Wakil Bupati, GMPN Desak Audit dan Penyelidikan
Nasional3 minggu agoKJRA Temui Irjen ATR/BPN RI, Sampaikan Laporan Dugaan Pelanggaran Agraria di Tulungagung
Nasional3 minggu agoRibuan Santri Kepung Pendopo Tulungagung, Protes Tayangan Trans7 yang Dinilai Memojokkan Pesantren
Nasional2 minggu agoSurat ‘Pinjam Pakai’ Jalan Menguap, Warga Tagih Janji PT. IMIT
Redaksi1 minggu agoDua Mahasiswi Tewas Tertabrak Bus Harapan Jaya di Tulungagung, Satu Korban Luka Berat
Redaksi1 minggu agoGenting Usang di Proyek Rehab Sekolah Rp 362 Juta, Keselamatan Siswa Dipertaruhkan
Redaksi1 minggu agoProyek APBD Rp 3,9 Miliar di Tulungagung Ditinggal Kabur, Warga: Ini Bukan Pembangunan, Tapi Bencana
Redaksi1 minggu agoLaju Ganas Bus Harapan Jaya Renggut Nyawa Pemotor di Tulungagung












