Redaksi
Eks Sekda Mangkir, Upacara Pelantikan Jadi Drama: Birokrasi Tulungagung Memanas

TULUNGAGUNG — Gejolak pasca reposisi Sekretaris Daerah Kabupaten Tulungagung, Tri Hariadi, kian meruncing dan menyeret lingkungan birokrasi ke suasana penuh ketidakpastian.
Agenda pelantikan tunggal Tri Hariadi sebagai Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Tulungagung yang semula diproyeksikan sebagai panggung konsolidasi kekuasaan justru berubah menjadi tontonan antiklimaks.
Upacara yang dijadwalkan berlangsung pukul 08.30 WIB, Jumat (12/12), mendadak molor hingga mendekati tengah hari.
Para pejabat terlihat saling berbisik, sementara satu kursi terlantik yang disediakan untuk Tri Hariadi dibiarkan kosong menjadi simbol gamblang dari drama birokrasi yang sedang bergulir.
Sehari sebelumnya, nama Tri Hariadi tercatat jelas dalam urutan pejabat yang akan dilantik Jumat (11/12/25).
Ketidakhadirannya kala itu diklaim “karena suatu hal”, sehingga pemerintah daerah menyiapkan pelantikan susulan khusus untuk dirinya.
Namun pada hari yang telah ditetapkan, kejadian serupa terulang. Tanpa pemberitahuan jelas, ia kembali tak muncul. Kursi pelantikan tetap kosong selama berjam-jam, membuat suasana menjadi tegang dan penuh tanda tanya.
Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Tulungagung, Soeroto mengonfirmasi bahwa agenda pelantikan akhirnya dibatalkan karena pejabat yang bersangkutan tidak hadir.
Dia menyebutkan bahwa undangan resmi sudah dikirim dan diterima oleh Sekretaris Pribadi (Sekpri) Tri Hariadi.
“Sejak kemarin telepon yang bersangkutan sudah tidak aktif, sehingga kami tidak bisa melakukan konfirmasi lanjutan,” ujarnya.
Menurutnya, Tri Hariadi dijadwalkan hadir pukul 08.30 WIB, namun hingga pukul 09.00 tidak ada tanda-tanda kehadiran. Panitia kembali menunggu hingga pukul 10.00, lalu pukul 11.00 wib tetapi kursi tetap kosong.
“Karena itu pelantikan dinyatakan batal,” tegasnya.
Polemik ini memantik gelombang spekulasi baru mengenai dinamika internal pascareposisi mendadak Tri Hariadi dari jabatan Sekda posisi tertinggi dalam struktur ASN daerah.
Birokrasi Tulungagung kini memasuki babak baru yang sarat ketegangan, dan publik menunggu bagaimana drama ini akan berlanjut. (DON/Red)
Redaksi
Batal Lagi, Kursi Pejabat Disnakertrans Tulungagung Kosong di Pelantikan, Eks Sekda “Hilang” dan Nomor Telepon Mati

TULUNGAGUNG – Drama birokrasi di Kabupaten Tulungagung mencapai puncak ketegangan Jumat (12/12) pagi. Pelantikan tunggal Tri Hariadi, mantan Sekretaris Daerah (Sekda), sebagai Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) batal untuk kedua kalinya setelah sang pejabat mangkir tanpa kabar.
Upacara yang dijadwalkan pukul 08.30 WIB itu molor berjam-jam, hanya diisi oleh bisik-bisik para pejabat dan tatapan kosong pada satu kursi pelantikan yang tak kunjung terisi. Suasana ruangan menggambarkan jelas kekisruhan yang melanda tubuh pemerintahan daerah.
“Ini sudah kedua kalinya. Pelantikan dinyatakan batal,” tegas Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Tulungagung, Soeroto, kepada awak media.
Menurut Soeroto, undangan resmi telah dikirim dan diterima oleh Sekretaris Pribadi (Sekpri) Tri Hariadi. Namun, komunikasi terputus mendadak.
“Sejak kemarin telepon yang bersangkutan sudah tidak aktif, sehingga kami tidak bisa melakukan konfirmasi lanjutan,” ujarnya.
Panitia pun menunggu dengan sia-sia. Jadwal keberangkatan Tri Hariadi pukul 08.30 WIB tak terbukti. Panitia masih bertahan hingga pukul 09.00, kemudian pukul 10.00, dan akhirnya pukul 11.00 WIB. Kursi tetap kosong, memaksa pembatalan.
Kejadian ini adalah pengulangan dari agenda sehari sebelumnya, pada Kamis (11/12), di mana Tri Hariadi juga absen dengan alasan “karena suatu hal”.
Pemerintah daerah lantas menjadwalkan pelantikan susulan khusus pada Jumat pagi, yang kembali berakhir menjadi drama penantian.
Ketidakhadiran beruntun mantan pejabat nomor satu di struktur Aparatur Sipil Negara (ASN) daerah ini memantik gelombang spekulasi.
Publik dan kalangan birokrasi mempertanyakan dinamika internal pascareposisi mendadak Tri Hariadi dari posisi puncak Sekda ke kepala dinas.
Birokrasi Tulungagung kini resmi memasuki babak baru yang sarat ketidakpastian. Semua mata tertuju, di manakah Tri Hariadi, dan bagaimana kelanjutan dari drama kekuasaan yang memanas ini. (DON/Red)
Editor: Joko Prasetyo
Redaksi
Pengurus DPC Tulungagung 212 Resmi Dikukuhkan di Gunung Budheg

TULUNGAGUNG — Pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Tulungagung 212 resmi dikukuhkan pada Senin, 8 Desember 2025 ba’da Maghrib, dalam sebuah acara khidmat yang digelar di kawasan Gunung Budheg, Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung.
Acara pengukuhan ini dihadiri sekitar 100 undangan, terdiri atas jajaran pengurus DPC, Korwil, Korcam, serta para kordes dari berbagai wilayah se-Kabupaten Tulungagung.
Salah satu Dewan Pertimbangan Tulungagung 212, Agus Utomo, dalam sambutannya menegaskan bahwa organisasi harus berjalan sesuai AD/ART, berpegang pada kepentingan rakyat, serta mengutamakan koordinasi yang baik dalam mencari solusi melalui musyawarah mufakat bersama pemerintah Kabupaten Tulungagung.
“Organisasi ini harus tetap pada jalurnya, menjalankan AD/ART, berjuang untuk rakyat, dan selalu menjalin koordinasi agar setiap persoalan dapat dimusyawarahkan dengan baik,” ujarnya.
Acara juga diisi dengan prosesi selamatan sebagai simbol permohonan doa agar seluruh ikhtiar organisasi senantiasa dimudahkan, dijauhkan dari mara bahaya, dan selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
Ketua 212 Tulungagung, Rahmat Putra Perdana, dalam arahannya meminta seluruh pengurus mulai dari DPC, Korwil, Korcam hingga kordes untuk menjaga soliditas serta menghindari segala bentuk kepentingan politik, pribadi, maupun kelompok.
“Semua pengurus harus bersinergi dengan baik. Jangan sampai ada tujuan lain seperti kepentingan politik atau kepentingan pribadi. Kita bekerja untuk masyarakat,” tegasnya.
Dirinya menekankan bahwa 212 Tulungagung akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar semakin memahami makna demokrasi serta dapat bahu-membahu bersama pemerintah daerah demi terwujudnya Tulungagung yang maju di bawah semangat “Bersatu Satukan Langkah untuk Tulungagung Maju.”
Acara pengukuhan juga dihadiri perwakilan 212 dari Trenggalek, Blitar, dan Kediri.
Usai kegiatan, ketiga daerah tersebut berencana membentuk susunan kepengurusan 212 di wilayah masing-masing sebagai bagian dari komitmen bersama dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (DON/Red)
Redaksi
Dari Kritik Pacul ke Peringatan Muradi: DPC PA GMNI Jakarta Raya Lahirkan Gelombang Marhaenisme Baru

JAKARTA – DPD Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Jakarta Raya menggelar Diskusi Publik bertema “Front Marhaenis Ambil Peran: Berdaulat, Berdikari, Berbudaya” di kantor DPP PA GMNI, Jakarta, Sabtu (6/12/2025).
Diskusi ini menjadi pemanasan intelektual dan politik menuju Konferensi Daerah (Konferda) V, sekaligus ajang konsolidasi kekuatan marhaenis di tengah situasi nasional yang dinilai kian pragmatis.
Dua narasumber utama dihadirkan: Wakil Ketua MPR RI Bambang “Pacul” Wuryanto dan Guru Besar Ilmu Politik Unpad, Prof. Muradi. Keduanya sama-sama menyampaikan kritik tajam dari perspektif yang berbeda.
Bambang menegaskan bahwa gerakan marhaenis tak akan kokoh selama kader masih terjebak dalam persoalan finansial dan struktur sosial bawah.
“Syarat minimum kaum Marhaenis adalah bebas dari segi keuangan. Ketika seseorang masih berada di lapis lumpen dan karyawan, membangun barisan perjuangan jadi sulit,” ujarnya.
Ia kemudian mengingatkan kembali dinamika politik 1967 dari ketegangan menjelang turunnya Bung Karno hingga penandatanganan Kontrak Karya Freeport sebagai contoh pentingnya membaca ulang politik kekuasaan.
Menurutnya, ajaran Bung Karno tetap relevan, namun membutuhkan pendekatan yang lebih adaptif dan berani di era kini.
“Para ‘korea-korea’ marhaenis muda yang belum ‘melenting’ harus mulai membangun mentalitas kuat. Setelah berhasil, bantu yang lain dengan tenaga, jaringan, dan pikiran,” tegasnya.
Sementara itu, Prof. Muradi tampil lebih konfrontatif. Ia mempertanyakan apakah pemerintah saat ini masih berpegang pada garis ideologis, sebelum menjawabnya sendiri secara tegas.
“Yakin tidak bahwa pemerintahan hari ini menjalankan karakter ideologis? Saya bilang tidak. Kita terjebak dalam sandera politik.”
Muradi menyoroti situasi politik kontemporer yang menurutnya didominasi kompromi transaksional, hingga melunakkan kritik banyak tokoh.
“Teman-teman saya yang dulu vokal kini menjadi ‘ayam sayur’. Garda terakhir demokrasi adalah kampus,” ujarnya lantang.
Sekjen DPP PA GMNI, Abdy Yuhana, memberikan perspektif historis dengan mengelompokkan masyarakat Indonesia dalam tiga kategori: priyayi, abangan, dan santri.
Ia menegaskan bahwa tradisi abangan merupakan pilar ideologis paling konsisten dari gagasan Soekarno.
“Sepanjang republik ini berdiri, kaum abangan selalu ada. Mereka adalah basis ideologis kita. Karena itu, kita tidak boleh takut kehilangan basis massa,” ujarnya.
Abdy menekankan pentingnya disiplin ideologis, terutama ketika politik nasional tengah bergerak ke arah yang cair.
“Dalam asas perjuangan, sedikit pun kita tidak boleh bergeser. Taktik bisa berubah, tetapi asas tidak,” tandasnya.
Diskusi yang dipandu Direktur IPI, Karyono Wibowo, berlangsung hangat dengan silang gagasan antara kader muda, alumni senior, dan tokoh GMNI dari berbagai daerah.
DPP PA GMNI menilai momentum ini sebagai bagian penting dari konsolidasi marhaenis di Jakarta Raya menjelang Konferda V.
Acara turut dihadiri Wakil Ketua Umum DPP PA GMNI Ugik Kurniadi, Ketua Dewan Pakar DPD PA GMNI Jakarta Raya Rico Sinaga, Anggota DPRD DKI dari PDI Perjuangan Dwi Rio Sambodo, Ketua DPD PA GMNI Jakarta Raya Ario Sanjaya, Sekretaris DPD Miartiko Gea, serta jajaran pengurus DPC PA GMNI Jakarta Raya dan kader GMNI se-DKI Jakarta. (By/Red)
Nasional2 minggu agoPolemik Pemulangan Pasien Kritis Memanas, RSUD dr. Iskak Tulungagung Paparkan Hasil Audit Internal
Jawa Timur2 minggu agoTruk Tangki BBM Terbalik di JLS Tulungagung, Sopir Hilang dan Solar 6.000 Liter Diselidiki Polisi
Redaksi2 minggu agoPinka Kian Kumuh, Warga Geram PKL Tinggalkan Tenda dan Sampah Usai Jualan
Redaksi2 minggu agoDampak Proyek JLS Picu Gejolak di Ngrejo: Warga Ancam Gelar Aksi 2.000 Massa, Tuntut PT HK Gala Bertanggung Jawab
Jawa Timur5 hari agoKaryawan Dapur SPPG Karangwaru Diduga Alami PHK Sepihak dan Perlakuan Tak Manusiawi
Redaksi1 minggu agoProtes Dampak JLS, Warga Ngrejo Serbu DPRD Tulungagung; Kejati Jatim Ikut Cari Solusi
Redaksi2 minggu agoJalan Miliaran Rupiah Dijalur Desa Segawe Diduga Jadi Korban Truk Galian C, Pemerintah Daerah Bungkam
Redaksi2 minggu agoJebakan Maut! Jalan Baru ke Segawe Berlumpur, Truk Galian C Diduga Biang Kerok










