Redaksi
Hearing Ditunda Mendadak, Ampuh: Ini Dewan Perwakilan atau Dewan Penipu

TULUNGAGUNG, 90detik.com-Perwakilan Aliansi Masyarakat Peduli Hukum (AMPUH) Tulungagung, merasa kecewa dengan sikap anggota DPRD. Membatalkan agenda dengar pendapat (hearing) yang harusnya dilaksanakan pada Sabtu 10 Februari 2024 menjadi 21 Februari 2024.
Sesuai dengan agenda yang sudah dijadwalkan, mereka mendatangi kantor dewan. Setelah sampai, mereka hanya ditemui staf sekretariat DPRD. Dan diberikan makanan dan minuman, serta surat resmi yang ditandatangani Ketua DPRD Kabupaten Tulungagung, Marsono,S.sos bahwa untuk agenda hearing ditunda tanpa alasan yang jelas.
Usai menerima surat, Koordinator Ampuh Zuli ZR, menyampaikan, agenda hearing ini diadakan setelah adanya aksi unjuk rasa yang dilakukan Ampuh pada (07/02) lalu. Untuk mendapatkan jawaban dan informasi kepada publik terkait beberapa masalah hukum yang diduga masih banyak dilakukan oleh anggota DPRD.
“Agenda hearing, ini diadakan untuk mendapatkan jawaban terkait permasalahan hukum yang diduga dilakukan oleh para anggota dewan yang terhormat, atau tidak terhormat yang disebutkan beberapa waktu lalu,” tetapi alasan yang tidak jelas dan ada juga penyampaian adanya kegiatan pemilu,” cetusnya, pada Sabtu (10/2) malam.
Salah satu perwakilan juga menyatakan, masyarakat untuk lebih cerdas dalam memilih nanti, karena banyak oknum anggota DPRD Tulungagung yang diberikan mandat untuk mewakili rakyat tapi tidak memikirkan kepentingan rakyat.
“Masyarakat Tulungagung, harus lebih berhati-hati dan cerdas, dalam memilih wakilnya, hanya karena amplop, seringkali menggadaikan kesejahteraan,” ujarnya.
Ungkapan kecewa juga disampaikan oleh Totok, pihaknya menyatakan oknum anggota dewan tak lebih dari sekelompok penipu, atau anggota dewan yang mewakili rakyat. Dirinya juga mengingatkan, bahwa rakyat jangan sampai keliru memilih dewan, karena tidak memperhatikan yang diwakili.
“Anggota dewan penipu atau anggota dewan perwakilan, agar bisa dijadikan bahan introspeksi diri,”ujarnya.
Bukan hanya itu, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kahuripan menyampaikan, pihaknya juga menyampaikan rasa kecewanya dan akan menagih janji para anggota dewan terkait pengawasan hukum.
“Masa kerjanya masih panjang, kita akan menagih fungsi pengawasan hukum yang bisa dilihat kasat mata, salah satunya pencemaran lingkungan dan limbah di Mojopanggung, pencemaran dari pabrik kertas di Tapan, ada anggota dewan berasal dari sana,” ujarnya.
Pihaknya juga menyatakan, terkait penanganan tambang di aliran sungai Brantas, yang juga tidak ada perhatian.
“Sekali lagi kami akan menagih itu semua, karena masa kerja mereka akan berakhir pada bulan Oktober mendatang, dan juga isu-isu yang lainnya, pungkasnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Tulungagung Marsono, S.sos saat dihubungi awak media 90detik.com untuk melakukan konfirmasi, belum memberikan keterangan.(JK/Red)
Nasional
Media Sosial Ubah Wajah Dakwah, Wakil Ketua LD PWNU Jatim: Mereka Merupakan Pahlawan di Era Digital

TULUNGAGUNG — Di tengah derasnya arus perubahan zaman, media sosial telah menghadirkan wajah baru dalam dunia dakwah.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Lembaga Dakwah PWNU Jawa Timur, KH. Imam Mawardi Ridlwan, saat menerima kunjungan silaturahmi dari redaksi 90detik.com pada Rabu (13/8/2025).
Menurut KH. Imam Mawardi Ridwan yang akrab di sapa Abah Imam, era digital telah membuka peluang bagi setiap individu untuk berdakwah melalui berbagai media.
“Kita semua pada dasarnya telah menjadi awak media. Dakwah tidak harus dilakukan melalui liputan resmi atau media konvensional seperti koran, majalah, atau jurnal. Media sosial telah memberi ruang seluas-luasnya untuk menyuarakan kebaikan,” jelasnya.
Abah Imam menekankan bahwa saat ini telah terjadi revolusi informasi yang turut mengubah cara berdakwah.
Melalui media sosial, setiap peristiwa sekecil apapun dapat diangkat dan dibagikan kepada publik.
Bahkan, kata beliau, dari sudut gang sempit hingga ruang kekuasaan yang megah kini dapat tersorot oleh “kamera rakyat”.
“Berdakwah di era modern bukan hanya soal syariah dan ibadah. Sekarang, itu juga menjelma menjadi suara amar makruf dan nahi mungkar yang disampaikan melalui media sosial,” tutur Abah Imam.
Meski demikian, ia mengingatkan bahwa menjadi bagian dari media baik formal maupun informal menuntut tanggung jawab besar.
Kejujuran dan etika menjadi syarat utama bagi siapa saja yang ingin menjadikan media sebagai sarana dakwah.
Ia juga menyoroti peran penting awak media dalam kehidupan sosial.
“Mereka adalah pembela kaum jelata, sekaligus penyeimbang di tengah ketimpangan sosial. Mereka harus mengadvokasi keadilan, menyuarakan kebaikan, dan meluruskan penyimpangan,” tambahnya.
Abah Imam menegaskan bahwa awak media sejatinya adalah mitra dalam berdakwah, bukan musuh.
Mereka hadir untuk membersamai masyarakat menanamkan nilai-nilai luhur dan membentuk kesadaran spiritual.
“Awak media sejati adalah mitra pembangunan. Mereka bukan sekadar mengkritik, tetapi juga menanamkan nilai. Mereka membentuk kader berkualitas yang kelak menjadi pemimpin berintegritas,” ujarnya menutup wawancara.
Di era digital yang serba cepat ini, Abah Imam mengingatkan agar awak media terus menjadi penjaga nurani publik, mengoreksi kebijakan yang dzalim, dan menyuarakan harapan di tengah keputusasaan. (Abd/Red)
Editor: Joko Prasetyo
Redaksi
Prestasi Gemilang: SMKN 1 Rejotangan Sabet Medali Emas di LKS Nasional 2025

JAKARTA — Satu lagi torehan prestasi membanggakan datang dari dunia pendidikan vokasi. SMKN 1 Rejotangan, melalui Program Keahlian Teknik Elektronika Industri, berhasil meraih medali emas dalam ajang Lomba Kompetensi Siswa (LKS) Pendidikan Menengah Tahun 2025 Tingkat Nasional yang digelar pada 29–31 Juli 2025 di SMKN 29 Jakarta.
Tak hanya sekadar kemenangan, capaian ini menjadi catatan bersejarah bagi Kabupaten Tulungagung.
Pasalnya, SMKN 1 Rejotangan merupakan satu-satunya sekolah perwakilan dari Tulungagung yang berhasil mewakili Provinsi Jawa Timur dalam ajang tingkat nasional tersebut.
Melampaui puluhan peserta dari seluruh Indonesia, mereka tampil sebagai yang terbaik di bidang Teknik Elektronika Industri.
Kepala SMKN 1 Rejotangan, Dr. Santika, S.Pi., M.Si., menyampaikan rasa syukur dan kebanggaannya atas keberhasilan anak didiknya.
Pihaknya menekankan bahwa pencapaian ini tak lepas dari kerja keras dan kolaborasi yang solid antara siswa, pembimbing, dan seluruh elemen sekolah.
“Medali emas ini merupakan hasil dedikasi luar biasa dari tim pembimbing, semangat juang siswa, serta dukungan penuh dari civitas akademika. Ini kemenangan untuk kita semua bukan hanya SMKN 1 Rejotangan, tetapi juga masyarakat Tulungagung dan Jawa Timur,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Tulungagung dan Trenggalek, Sindhu Widyabadra, mengungkapkan harapannya.
Dalam pernyataannya, ia memuji sinergi yang tercipta dalam lingkungan SMK tersebut dan berharap prestasi ini menjadi pemicu semangat bagi sekolah-sekolah lain.
“SMKN 1 Rejotangan telah menunjukkan bahwa sekolah di daerah pun mampu bersinar di tingkat nasional. Ini adalah bukti bahwa dengan kerja sama yang baik dan pembinaan yang tepat, hasil luar biasa bisa dicapai,” ungkapnya.
Dalam perlombaan, tim SMKN 1 Rejotangan memperlihatkan kemampuan teknis unggulan dalam elektronika industri, meliputi penguasaan pada aspek instalasi, pemrograman, hingga troubleshooting sistem embedded berbasis teknologi mutakhir.
Presentasi proyek yang inovatif serta ketepatan teknis mereka dinilai menonjol oleh para juri, menempatkan mereka sebagai juara pertama.
Sebagai salah satu ajang bergengsi nasional, LKS menjadi barometer kompetensi pelajar SMK sekaligus sarana memperkuat kualitas sumber daya manusia vokasi.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk mempersiapkan lulusan yang siap kerja dan mampu bersaing di tingkat global.
Kemenangan ini menjadi momentum penting bagi SMKN 1 Rejotangan dalam membangun reputasi sebagai sekolah unggulan berbasis kejuruan, khususnya di bidang elektronika industri.
Lebih dari itu, prestasi ini diharapkan dapat memotivasi generasi pelajar berikutnya untuk terus berinovasi, berkompetisi, dan mengharumkan nama daerah melalui jalur pendidikan vokasi. (DON/Red)
Redaksi
Pesantren Lansia di Kediri Ingatkan “Critical Eleven Time” Persiapan Menuju Akhirat

Foto, KH Imam Mawardi Ridlwan Pengasuh Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Al Azhaar bersama Dr. KH. Ali Arifin, Pengasuh Pesantren Sepuh Roudlotul Qur’an Selopanggung, Kediri.(dok/90detik.com).
KEDIRI, – Dr. KH. Ali Arifin, Pengasuh Pesantren Sepuh Roudlotul Qur’an Selopanggung, Kediri, menegaskan pentingnya lembaga khusus yang mempersiapkan manusia menghadapi kematian.
Menurutnya, fase krusial kehidupan ibarat “critical eleven time” dalam penerbangan, 6-11 menit terakhir pesawat sebelum mendarat ketika pramugari mengingatkan penumpang memakai sabuk pengaman.
Pernyataan ini disampaikan dalam pidato penutup Musyawarah Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Al Azhaar Tulungagung, yang dilaksanakan selama dua hari 11-12 Juli 2025.
“Bandara terakhir kita adalah kubur. Sayangnya, belum ada ‘pramugari spiritual’ yang cukup mengingatkan kita untuk mempersiapkan bekal saat memasuki masa kritis di ujung usia,” tegas pria yang akrab disapa Gus Fin.
Ia menjelaskan analogi lengkapnya: Seperti pesawat yang butuh 6-11 menit persiapan sebelum lepas landas, masa kecil hingga remaja adalah fase ‘pengamanan diri’ melalui lembaga pendidikan.
Namun, persiapan jelang ‘pendaratan’ (kematian, red) justru sering terabaikan.
Gus Fin menekankan, Pesantren Roudlotul Qur’an yang dipimpinnya hadir khusus memenuhi kebutuhan spiritual lansia dan pensiunan.
“Mereka yang masuk fase injury time tak boleh lagi santai. Dunia ini fatamorgana, wa mal-ḥayātud-dun-yā illā matā’ul-gurụr, sejatinya kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdayakan. Fokus utama adalah bekal praktis seperti bacaan salat wajib,” paparnya.
Ia mengkritisi minimnya lembaga yang berfungsi layak ‘announcement’, pramugari untuk fase akhir hidup.
“Selama ini kita punya TK hingga perguruan tinggi sebagai ‘persiapan lepas landas’. Tapi siapa yang memastikan ‘keseimbangan kursi’ dan ‘pengamanan sabuk’ kita saat hendak ‘mendarat’ di kubur?,“ ujarnya.
Acara yang digelar dua hari ini ditutup dengan penekanan Gus Fin tentang esensi pendidikan sepanjang hayat.
“Pendidikan bukan hanya untuk menjadi manusia sukses di dunia, tapi terutama untuk memastikan kita ‘selamat mendarat’,“ pungkasnya.(Red)
Editor: Joko Prasetyo
- Nasional2 minggu ago
Pejuang Gayatri Buka Donasi Aksi: Masyarakat Bersatu Melawan Kebijakan Pemerintah Miring
- Nasional2 minggu ago
Demonstrasi 4/9 di Tulungagung, Ketua Almasta Tegaskan Bukan Inspirator Aksi
- Jawa Timur5 hari ago
Usai Gelar Aksi Damai, Pejuang Gayatri: Sisa Donasi untuk Aksi Jilid II
- Nasional2 minggu ago
Spanduk “Aksi Selasa Rakyat”: Suara Diam yang Menggemuruh di Tulungagung
- Investigasi3 minggu ago
Gaji Bulanan untuk Sekolah Negeri? Pungli Rp120 Ribu/Bulan Membelenggu Orang Tua di SMAN 1 Gondang
- Hukum Kriminal2 minggu ago
143 Pelaku Diamankan, Kapolres Blitar Kota Tegaskan Kerusuhan Malam Sabtu Bukan Demonstrasi
- Nasional6 hari ago
Ratusan Massa Gerakan Pejuang Gayatri Gelar Aksi di DPRD Tulungagung, Soroti 20 Tuntutan Rakyat
- Investigasi3 minggu ago
Dugaan Jual Beli Seragam dan Pungli di SMAN 1 Gondang, Dindik Jatim Akan Turun Tangan