Connect with us

Nasional

Mantan Direktur KPK: Mengimbau Agar Masyarakat Tak Mudah Terprovokasi Oleh Ajakan Demonstrasi

Published

on

JAKARTA, 90detik.com Setelah pemilu berlangsung, kini seluruh mata tertuju pada Keputusan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Mantan Direktur Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sujanarko memberikan pandangan terkait situasi politik saat ini.

Menurutnya, pihak yang bersengketa, baik dari kubu 01 maupun 03, sebenarnya sudah mengetahui hasil dari quick count, real count, dan pleno form C1 tidak akan terlalu berbeda jauh.

“Hal ini membuat keduanya pesimis untuk berjuang di Mahkamah Konstitusi (MK) karena sulit untuk membuktikan kecurangan dengan saksi yang kuat”, tegasnya, Kamis(22/2).

Tak hanya itu, Sujanarko juga menyoroti selisih suara yang cukup besar antara pihak 02 dengan 01 dan 03, hampir mencapai 40 hingga 50 juta suara.

Ia pun menilai bahwa untuk memperoleh keraguan hasil pemilu dan memicu putaran kedua, membutuhkan kurang lebih 10 juta suara tambahan, hal yang cukup sulit untuk dicapai.

Selain itu, ia juga menyoroti kekuatan politik di DPR yang cenderung didominasi oleh parpol pendukung pemerintah. Sehingga semakin susah mengambil jalan politik.

Hak angket maupun interpelasi sebetulnya juga hak DPR yg digunakan untuk mengkritisi pemerintah/presiden, KPU ini lembaga independen tidak dibawah presiden sehingga hak DPR ini bisa digunakan salah alamat.

Disisi lain, proses persidangan di MK selalu proses keadilan dihubungkan dengan perolehan angka-angka yang didapat oleh kontestan pemilu.

Sehingga, ada tendensi dilakukan langkah demontrasi baik di KPU, Bawaslu dan MK saat perhitungan atau persidangan di MK.

Sementara itu, potensi demontrasi dimulai dari isu yang menyatakan kecurangan PRA TPS sesuatu yg sangat sulit dibuktikan.

”Untuk itu kami mengingatkan agar masyarakat berhati-hati dalam merespon ajakan demo, karena berpotensi memicu konflik horizontal,” tuturnya.

Ia juga mengimbau agar masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh ajakan demonstrasi yang bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang oportunistik.

“Jangan mudah terprovokasi, karena pada akhirnya, kebijakan yang diambil akan berdampak pada kehidupan sehari-hari masyarakat”, pintanya. (Red)

Nasional

Ketika Pemerintah Diam, Rakyat Donasi: Aksi Simbolik Guncang Tulungagung

Published

on

TULUNGAGUNG — Sekelompok masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Pejuang Gayatri menggelar aksi simbolik dengan membuka posko donasi di depan Gedung DPRD Tulungagung.

Aksi ini dilakukan sebagai bentuk dukungan terhadap rencana aksi turun ke jalan yang akan dilaksanakan pada Kamis, 11 September 2025 mendatang.

Donasi mulai dibuka sejak Jumat, 5 September 2025, dan mendapat sambutan antusias dari masyarakat.

Sejak pagi hingga malam hari, warga berdatangan untuk menyumbangkan berbagai bentuk dukungan, mulai dari tenda, makanan ringan hingga barang kebutuhan logistik seperti air mineral.

Bahkan, sejumlah ibu – ibu rumah tangga pun tampak turut serta menyumbangkan donasi berupa air mineral (Aqua) dan kebutuhan lainnya.

Hal ini menunjukkan tingginya kepedulian masyarakat terhadap gerakan yang dianggap mewakili suara rakyat kecil.

Salah satu warga pendonasi menyampaikan bahwa partisipasinya dalam memberikan donasi merupakan bentuk kepedulian terhadap kondisi pemerintahan saat ini.

“Saya hanya rakyat biasa, tapi ini bentuk kepedulian saya. Kalau rakyat sudah harus turun tangan, artinya ada yang tidak beres di atas sana,” ujarnya.

Aksi ini merupakan bentuk protes keras terhadap kebijakan Pemerintah Kabupaten Tulungagung yang dinilai tidak berpihak pada rakyat kecil dan sarat kepentingan elit.

Ahmad Dardiri, salah satu Koordinator Lapangan (Korlap) Pejuang Gayatri, menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh masyarakat yang telah berdonasi.

“Kami sangat berterima kasih kepada seluruh warga yang telah mendukung gerakan ini. Donasi ini bukan soal jumlah, tapi soal keberanian dan kepedulian terhadap nasib rakyat Tulungagung,” tegas Dardiri, Sabtu(6/9).

Aksi pada 11 September 2025 mendatang disebut akan menjadi momentum penting bagi masyarakat Tulungagung untuk menyuarakan aspirasi secara terbuka dan damai. (DON/Red)

Continue Reading

Nasional

Pejuang Gayatri Buka Donasi Aksi: Masyarakat Bersatu Melawan Kebijakan Pemerintah Miring

Published

on

TULUNGAGUNG — Suara rakyat mulai menggema dari jantung kota. Sekelompok masyarakat yang tergabung dalam gerakan Pejuang Gayatri menggelar aksi simbolik dengan membuka donasi di depan Gedung DPRD Tulungagung, sebagai bentuk dukungan terhadap aksi turun ke jalan yang akan digelar pada Kamis, 11 September 2025 mendatang.

Aksi ini merupakan bentuk protes keras terhadap kebijakan Pemerintah Kabupaten Tulungagung yang dinilai tidak berpihak pada rakyat kecil dan sarat kepentingan elit.

Salah satu Koordinator Lapangan (Korlap), Ahmad Dardiri, menjelaskan bahwa pembukaan donasi ini bukan semata soal logistik, melainkan bentuk nyata dari partisipasi rakyat dalam perjuangan bersama.

“Donasi ini kami buka agar masyarakat bisa ikut terlibat langsung dalam perjuangan. Ini bukan hanya soal logistik aksi, tapi tentang menyatukan suara rakyat. Kami ingin menunjukkan bahwa perlawanan ini bukan rekayasa elit, tapi gerakan dari bawah,” tegas Dardiri, kepada 90detik.com, Jumat (5/9/2025).

Dardiri juga menambahkan bahwa aksi nanti akan digelar secara tertib dan bermartabat, namun tetap dengan pesan yang tegas dan tidak bisa ditawar, rakyat tidak akan diam ketika kebijakan mulai menyimpang dari keadilan.

“Kami sudah muak dengan kebijakan yang hanya menguntungkan segelintir orang. Kami akan turun dengan damai, tapi tidak dengan diam,” lanjutnya.

Respons masyarakat mulai terlihat dari banyaknya warga yang datang ke lokasi donasi, menyumbangkan sebagian hartanya, dan menyatakan kesiapan untuk bergabung dalam aksi.

Dari ibu rumah tangga, pedagang kecil, hingga mahasiswa, semua merasa punya alasan yang sama, kekecewaan terhadap kebijakan yang dianggap menjauh dari kepentingan rakyat.

Pejuang Gayatri menegaskan bahwa kanal partisipasi masyarakat akan terus dibuka hingga hari pelaksanaan aksi, baik dalam bentuk dukungan moral maupun material.

Bagi masyarakat di luar daerah yang ingin turut membantu, dapat menyalurkan donasi melalui rekening: BCA 0482135445 a.n. Ananto Kisharmono.

Pejuang Gayatri menegaskan bahwa seluruh penggunaan dana akan dilaporkan secara transparan.

“Tulungagung milik rakyat, bukan milik segelintir pemegang jabatan yang hanya tahu duduk di kursi empuk tanpa mau mendengar suara bawah,” tutup Dardiri.

Aksi ini disebut akan menjadi titik balik, ujian bagi demokrasi lokal. Apakah suara rakyat masih punya tempat di tanah sendiri, atau justru terus dikubur oleh kebijakan yang hanya menguntungkan golongan tertentu. (DON/Red)

Continue Reading

Jawa Timur

Mayong Bersholawat, 700 Jamaah Tumpah Ruah dalam Cinta kepada Rasulullah

Published

on

Lamongan — Malam yang penuh cahaya dan berkah menyelimuti hall Pesantren Krapyak, Mayong, Sidomlangean, Kedungpring, Lamongan, saat lebih dari 700 jamaah dari berbagai penjuru dusun berkumpul dalam satu irama sholawat, memuliakan nama agung Sayyidina Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam, pada Jumat(5/9).

Jamaah tidak hanya datang dari Mayong, namun juga dari Sambiroto, Nduwel, Mlangean, Blawi, Dungpri, Cumpleng, Dengkeng, Dungbulu, dan dusun-dusun lain yang rutin menghadiri majelis. Suasana semakin khidmat dan semarak dengan hadirnya para tokoh masyarakat dan ulama.

Acara ini dihadiri oleh Camat Kedungpring, serta para masyayikh dan tokoh masyarakat seperti Mbah Guru H. Ridlwan, Mbah Guru H. Mukafiuddin, H. Huri, H. Kartono, Pak Eko, Pak Kasun Mayong, dan banyak lainnya. Mereka bersatu dalam satu majelis, satu tujuan: meneladani Nabi Muhammad.

Menurut Kang Imam Suyuti, sekretaris pesantren, “Peringatan ini untuk meneladani Gusti Kanjeng Nabi sepanjang hayat.”

Kalimat singkat namun bermakna dalam, seperti sumur tua yang tak pernah kering airnya.

Puncak acara diisi oleh KH. Nashir Mansur Idris dari Jakarta, seorang munsyid sekaligus murid dari Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki Al Hasani (Mekkah).

Dengan gaya khas Hijaz, beliau melantunkan sholawat yang membuat dada bergetar dan mata tak kuasa menahan air mata. Mahabbah mengalir, menyentuh jiwa-jiwa yang hadir.

Pengasuh Pesantren, KH. Imam Mawardi Ridlwan, tak banyak memberi ceramah panjang.

Ia hanya berkata dengan lembut, namun menghujam:

“Keselamatan kita tergantung seberapa kuat mahabbah kita pada pemberi syafa’at.” ujarnya.

Kalimat yang tak butuh tafsir. Seolah-olah Rasulullah sendiri hadir, tersenyum di tengah-tengah majelis.

Sementara itu, Habib Ubaidillah Al Habsy dari Surabaya memberikan taujih ruhaniyah yang menyentuh.

Ia tidak membahas isu-isu duniawi, melainkan mengajak para hadirin menumbuhkan cinta sejati kepada Nabi.

“Cinta kepada Rasul bukan slogan, tapi jalan hidup,” ujarnya.

Ketua Umum Yayasan Pendidikan dan Sosial Bani Kyai Tasir Mayong, Mbah Guru Katjung Pramono, menyampaikan bahwa acara ini merupakan hasil gotong royong antara pengurus pesantren, panitia, dan masyarakat Mayong, dipimpin oleh Pak Kasun Mas’ud.

“Kami menghaturkan terima kasih tak terhingga kepada seluruh jamaah dan pihak yang membantu. Semoga dibalas Allah Ta’ala dengan balasan terbaik,” tuturnya.

Malam itu, Mayong Bersholawat bukan sekadar acara. Ia adalah peristiwa batin, di mana langit dan bumi terasa begitu dekat.

Di antara jamaah yang hadir, mungkin ada seorang anak kecil yang kelak menjadi ulama besar.

Seorang ibu yang pulang dengan hati yang lebih tenang. Seorang santri yang malam itu memutuskan untuk istiqamah.

Semua karena satu nama yang tak pernah lekang oleh zaman: Sayyidina Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam. (DON/Red)

Continue Reading

Trending