Jakarta
Survei: 91,2% Mayoritas Pemudik Puas dengan Rekayasa Lalu Lintas Mudik Lebaran

JAKARTA, – Hasil survei yang dilakukan oleh Kelompok Kajian dan Diskusi Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) menunjukkan tingkat kepuasan tinggi dari para pemudik terhadap rekayasa lalu lintas dan infrastruktur jalan selama musim mudik Idulfitri 1446 H.
Dari total responden yang mengikuti survei, sebanyak 91,2 persen menyatakan puas atas kebijakan rekayasa lalu lintas yang diterapkan oleh jajaran Kepolisian.
Direktur Riset dan Komunikasi KedaiKOPI, Ibnu Dwi Cahyo, mengungkapkan dalam konferensi pers daring pada Senin (14/4/2025), bahwa 96,1 persen pemudik juga memberikan penilaian positif terhadap kondisi infrastruktur jalan, baik tol maupun non-tol, yang digunakan selama perjalanan mudik.
“Mayoritas responden menilai jalanan dalam kondisi baik dan rekayasa lalu lintas cukup efektif mengurai kepadatan selama arus mudik,” jelasnya.
Selain itu, survei juga mencatat kepuasan pemudik terhadap berbagai fasilitas pendukung, seperti layanan posko kesehatan (92,9 persen), ketersediaan BBM di rest area (95,8 persen), kebersihan tempat makan (91,1 persen), kenyamanan area istirahat (89,1 persen), dan kondisi toilet (86,2 persen).
Dari sisi pengamanan dan kelancaran lalu lintas, kinerja polisi lalu lintas juga mendapatkan apresiasi positif.
Sebanyak 87,9 persen responden merasa aman selama perjalanan, sedangkan 86,3 persen mengaku puas terhadap kelancaran arus mudik yang dijaga oleh Polantas.
Angka ini menunjukkan peningkatan dibanding tahun lalu, terutama dalam aspek kelancaran yang naik sebesar 3,8 persen.
Sementara itu, layanan darurat juga menunjukkan peningkatan signifikan dalam kepuasan masyarakat, dari sebelumnya 61,2 persen pada tahun lalu menjadi 90,3 persen di tahun ini.
Survei KedaiKOPI ini dilakukan pada periode 2 hingga 8 April 2025 dengan melibatkan 1.062 responden yang melakukan perjalanan mudik.
Metode survei dilakukan secara daring menggunakan pendekatan CASI (Computerized Assisted Self Interview). (By-red)
Jakarta
Rahayu Saraswati Mundur dari DPR RI: Teladan Integritas dan Inspirasi Generasi Muda

Jakarta – Keputusan Rahayu Saraswati mengundurkan diri dari keanggotaan DPR RI atas inisiatif sendiri menjadi sorotan publik. Fenomena ini tergolong langka, terlebih mengingat Saras merupakan generasi muda berprestasi, jarang terlibat kontroversi, dan memiliki rekam jejak politik yang mandiri.
Nama Rahayu Saraswati sendiri memiliki makna yang mendalam. Rahayu, dari bahasa Jawa/Kawi, berarti selamat, sejahtera, aman, dan damai, sedangkan Saraswati, diambil dari nama Dewi Saraswati, dewi pengetahuan, seni, dan kebijaksanaan dalam budaya Hindu.
Bersama-sama, nama ini melambangkan doa dan harapan agar pemiliknya hidup selamat, sejahtera, bijaksana, dan bermanfaat bagi orang lain. Filosofi ini seolah menjadi cerminan perjalanan politik Saras yang penuh ketekunan dan integritas.
Saras menunjukkan ketekunan dan kerja keras dalam berpolitik. Ia pernah gagal menjadi anggota DPR RI pada 2019, namun tidak menyerah dan berhasil terpilih kembali pada 2024, tanpa mengandalkan hubungan keluarga dengan ketua umum partainya.
Berbeda dengan beberapa anggota DPR RI yang baru-baru ini dinonaktifkan oleh partainya karena tekanan demonstrasi, pengunduran diri Saras mengejutkan banyak pihak, termasuk rekan sejawat dan pengurus partai sendiri.
Keputusan ini menegaskan sikap independen dan karakter yang kuat, jauh dari budaya menunggu titah atau berlindung pada ketua partai.
Alasan mundurnya Saras terkait kritik yang muncul di media sosial terhadap wawancaranya dalam sebuah podcast. Padahal, kritik ini masih dapat diperdebatkan dan tidak melibatkan pamer kekayaan, gaya hidup hedon, atau pernyataan kontroversial.
Dalam podcast tersebut, Saras menyarankan generasi muda untuk tidak sekadar menunggu kesempatan kerja dari pemerintah, tetapi memanfaatkan keterampilan masing-masing untuk menjadi wirausahawan, sekaligus membantu menciptakan lapangan kerja. Sayangnya, pesan ini kerap dipelintir di media sosial sebagai kritik yang “tidak cerdas.”
Meski demikian, keputusan Saras patut diapresiasi. Ia memilih mundur sebagai bentuk teladan bagi pejabat negara, mengedepankan budaya malu dan tanggung jawab, sesuatu yang masih jarang dijumpai di Indonesia, kecuali jika ada demonstrasi besar yang menuntut mundur.
Filosofi nama Rahayu Saraswati seolah menegaskan prinsip hidupnya, selalu menjaga kesejahteraan, kebijaksanaan, dan integritas, bahkan saat menghadapi tekanan publik.
Budaya malu dan akuntabilitas yang tinggi sudah menjadi standar di beberapa negara, misalnya Jepang, di mana pejabat transportasi kerap meminta maaf dan mundur jika terjadi keterlambatan kereta.
Keteguhan Saras mengingatkan pentingnya menempatkan integritas di atas ambisi kekuasaan atau kenikmatan pribadi.
Seperti yang dikatakan Saras, “Berjuang demi bangsa tidak harus menjadi anggota DPR!”
Keputusannya menjadi pelajaran penting, tidak semua anggota DPR kehilangan integritas, dan generasi muda tetap bisa mencontoh teladan kepemimpinan yang bertanggung jawab, sebagaimana makna dari namanya sendiri. (By/red)
Oleh: Laksamana Sukardi.
Jakarta
Gandeng Prof. Mahfud MD dan Komjen Chryshnanda, Polri Teguhkan Moral dan Profesionalisme Pasca Krisis

Jakarta — Polri menggelar Forum Belajar Bersama (FBB) bertema “Pemulihan Moril, Semangat, dan Profesional Polri Pasca Kekerasan Kolektif serta Riot Akhir Agustus” pada Jumat, 12 September 2025 Kegiatan ini dipimpin Wakaposko Presisi Brigjen Pol Dr. Indarto dan diikuti lebih dari 800 peserta dari seluruh jajaran kepolisian.
Forum menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Prof. Dr. Mahfud MD dan Komjen Pol Prof. Dr. Chryshnanda Dwilaksana.
Dalam paparannya, Komjen Chryshnanda menekankan pentingnya transformasi pendidikan Polri berbasis moralitas, literasi, dan dialog peradaban.
“Polri harus mampu membentuk polisi yang profesional, berintegritas, dan adaptif di era digital serta post-truth. Smart policing dan media policing adalah kunci, namun yang terpenting adalah menjaga kepercayaan publik dengan menjauhi korupsi, arogansi, dan keberpihakan pada kejahatan,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. Mahfud MD menyoroti tantangan moril anggota Polri yang kerap menghadapi tekanan publik dan media sosial.
“Solusi fundamental bagi Polri adalah kembali pada jati dirinya. Tri Brata dan Catur Prasetya harus dihayati, dengan berpegang teguh pada Pancasila dan UUD 1945, agar Polri tetap dipercaya rakyat sebagai penjaga hukum dan NKRI,” pungkasnya.
Forum ini menjadi wadah refleksi untuk memulihkan semangat, memperkuat profesionalisme, dan meneguhkan komitmen Polri sebagai institusi penegak hukum yang tegas sekaligus humanis, demi memperkokoh kepercayaan publik dan menjaga keutuhan NKRI. (By/Red)
Jakarta
Polri Tegaskan Dukungan Program Makan Bergizi Gratis dan Ketahanan Pangan Nasional

Jakarta— Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia (As SDM), Irjen Pol Dr. Anwar, S.I.K., M.Si., menegaskan komitmen Polri dalam mendukung program prioritas pemerintah, khususnya Makan Bergizi Gratis (MBG). Polri, kata dia, telah menginisiasi pembentukan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) sebagai bagian dari dukungan nyata terhadap program tersebut.
“Polri tidak tinggal diam. Kami turut membantu pemerintah dengan membangun SPPG untuk mendukung program MBG. Hingga saat ini sudah ada 464 unit yang dibangun bersama MBG, dan lebih dari 40 di antaranya sudah beroperasi,” ungkap Irjen Anwar, Kamis (11/9/2025).
Ia menambahkan, keberhasilan program MBG akan menjadi investasi besar bagi generasi mendatang. “Harapannya, kebutuhan gizi anak-anak Indonesia bisa terpenuhi sejak dini. Inilah yang menjadi fondasi menuju Indonesia Emas,” ujar mantan Kapolda Bengkulu itu.
Selain itu, Anwar juga menekankan pentingnya pembinaan SDM Polri sebagaimana arahan Kapolri Jenderal Pol Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si.. Menurutnya, perhatian Kapolri dalam pengembangan SDM sangat besar, mulai dari proses rekrutmen, pembinaan karier, hingga pemberian reward and punishment.
Ia mencontohkan, salah satu bentuk perhatian tersebut adalah keterlibatan SDM Polri dalam program ketahanan pangan yang menjadi bagian dari Asta Cita Presiden Prabowo Subianto. “Bidang SDM diminta untuk mengawal program ketahanan pangan sampai ke jajaran bawah, dari tingkat Mabes hingga Polres dan Polsek,” ucapnya.
Lebih lanjut, Anwar mengungkapkan bahwa Polri mendapat target mendukung penanaman jagung seluas 1 juta hektare. Target tersebut selaras dengan rencana Presiden yang mencanangkan penghentian impor jagung di akhir tahun ini.
“Jika terealisasi, maka bisa menghasilkan sekitar 4 juta ton. Satu juta ton disiapkan sebagai cadangan pangan, sementara sisanya untuk didistribusikan kepada masyarakat,” jelas Anwar. (By/Red)
- Nasional2 minggu ago
Pejuang Gayatri Buka Donasi Aksi: Masyarakat Bersatu Melawan Kebijakan Pemerintah Miring
- Nasional3 minggu ago
Demonstrasi 4/9 di Tulungagung, Ketua Almasta Tegaskan Bukan Inspirator Aksi
- Jawa Timur6 hari ago
Usai Gelar Aksi Damai, Pejuang Gayatri: Sisa Donasi untuk Aksi Jilid II
- Nasional3 minggu ago
Spanduk “Aksi Selasa Rakyat”: Suara Diam yang Menggemuruh di Tulungagung
- Hukum Kriminal3 minggu ago
143 Pelaku Diamankan, Kapolres Blitar Kota Tegaskan Kerusuhan Malam Sabtu Bukan Demonstrasi
- Nasional1 minggu ago
Ratusan Massa Gerakan Pejuang Gayatri Gelar Aksi di DPRD Tulungagung, Soroti 20 Tuntutan Rakyat
- Agama2 minggu ago
YABIKA Tuban Bersholawat, Mengetuk Pintu Langit dengan Mahabbah
- Jawa Timur2 minggu ago
Forum RT/RW Blitar Bergerak Perkuat Ketahanan Sosial: Warga Diimbau Jaga Kerukunan dan Waspada Provokasi