TULUNGAGUNG, 90detik.com- Puncak pesta demokrasi, sudah dilakukan pada 14 Februari 2024, seluruh warga negara telah melakukan kewajiban dengan datang langsung ke tempat pemungutan suara (TPS) masing-masing.
Usai pencoblosan, para petugas masih menyelesaikan pekerjaan, serta para tim pemenangan masing-masing Paslon dan juga para saksi dari partai peserta Pemilu juga melakukan koordinasi dan rekap data hingga larut malam.
Paska Pemilu adalah hari menunggu hasil ketetapan oleh KPU yang sudah dijadwalkan, untuk melakukan penetapan. Serta rekap data, sampai dengan 20 Maret 2024.
Menanggapi adanya proses yang terjadi paska Pemilu, Pengasuh Pondok Pesantren Al Azhaar Tulungagung, KH. Imam Mawardi Ridlwan menegaskan bahwa kaum muslimin sudah dibekali sikap bertawakal setelah berupaya.
Menurutnya, tawakal itu ritme perjuangan menumbuhkan semangat baru.
“Pemilu tahap pertama memilih sudah selesai maka kita wajib bertawakal. Tawakal merupakan sikap bernilai tinggi karena memasrahkan semua urusan pada Allah SWT. Apalagi perjuangan disertai do’a, tirakat dan tawasul serta tim kerja yang andalan dan solid,” jelas Abah Imam panggilan akrabnya, pada Kamis (15/02).
Abah Imam, juga berkisah pada hari pencoblosan, bahwa beliau masih tercatat di DPT Kelurahan Kaliombo Kota Kediri. Beliau bersama keluarga berangkat ke Kediri jam 10.15 WIB. Dalam perjalanan menuju ke tempat pemungutan suara, Abah Imam menyampaikan kepada keluarga untuk beribadah dan jihad konstitusi. Serta menjalankan amanah dari para guru.
“Tapi saya tidak punya hak memilih untuk diriku. Demikian panjenengan semua. Semua pilihan kita hanya manut, mengikut hasil istikharah guru untuk pilihan capres dan cawapres. Sedangkan untuk pilihan DPD, dan DPR RI atau DPRD ikut keputusan jama’ah. Saya tidak punya pilihan hanya menjalankan amanah guru saja,” tutur Abah Imam yang juga sebagai Pembina Yayasan LPI Al Azhaar ini.
Usai melakukan pencoblosan di Kelurahan Kaliombo, beliau memberikan apresiasinya kepada petugas pelaksana yang ramah dan tegas. Para petugas dengan santun memberikan penjelasan. Dikarenakan waktu datang beliau hanya membawa KTP, petugas menyampaikan untuk membawa undangan, yang sudah dititipkan kepada keluarganya di Kediri.
“Petugas menyampaikan dengan ramah bahwa harus membawa surat undangan. Istri dan anak akhirnya ambil surat undangan yang dititipkan di rumah adik. Saya dan putraku sholat dhuhur di Mushola Hotel Insumo. Setelah itu surat undangan diberikan bersamaan dengan KTP dan dilayani dengan ramah dan baik,” ujarnya.
Bukan hanya itu, Abah Imam juga menceritakan petugas dari Bawaslu meminta Hp ditaruh di meja. Usai memilih Abah Imam foto bersama Ketua KPPS tempat beliau mencoblos.
“Saat perjalanan pulang sudah di Ngadiluwih Kediri, putraku menyampaikan hp dan tas tertinggal. Di saat itu pula ada WA masuk ke Hp istri dari ketua KPPS, bahwa barang yang tertinggal sudah disimpannya dengan aman,”imbuh Abah Imam. (JK/Red)